HARIAN MERAPI- Menelisik makam petilasan Kyai Candrabumi di Candimulyo Magelang 5, jika nadar berhasil kembali membawa ‘kewan penguripan’
Bagi para peziarah, Kyai Candrabumi dianggap sebagai ‘perantara’ agar terkabulnya doa permohonan mereka.
Para peziarah mengaku, tidak memohon kepada Kyai Candrabumi, namun hanya mohon berkah supaya doa permohonannya kepada Allah SWT bisa dikabulkan.
Para peziarah tidak menganggap Eyang Kyai Candrabumi yang mengabulkan permohonannya, namun hanya sebagai perantaraan saja.
Karena peziarah menganggap dan sangat yakin kalau Kyai Candrabumi adalah orang suci yang dekat dengan Allah SWT.
Para peziarah yang telah terkabul doa permohonannya, selaras dengan nadar-nya, dalam acara Nyadran tahun berikutnya akan datang lagi dengan membawa barang yang dinadarkan.
Ada yang membawa ‘kewan penguripan’ berupa kambing atau ayam, juga ada yang membawa sedekah makanan atau uang. Semua itu sebagai kewajiban yang harus dilunasi selaras dengan nadar-nya.
Hewan dan uang dari para peziarah tersebut dimanfaatkan oleh desa untuk membangun kompleks makam, sarana prasarana makam, atau untuk pembangunan desa.
Sedangkan sedekah makanan dibagikan kepada warga masyarakat.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, Mantep Sudarsono, S.Pd., M.Pd mengatakan, makam petilasan Kyai Candrabumi ini perlu dilestarikan, termasuk tradisi Nyadran yang sudah dilaksanakan
sejak ratusan tahun yang lalu.
Hal ini sepanjang tidak menyimpang dari aqidah agama.
Sebab acara ritual tradisional ini merupakan salah satu warisan budaya spiritual dan dapat menjadi obyek wisata religi di wilayah Kabupaten Magelang yang dapat dan perlu dikembangkan.