Makam petilasan Kyai Candrabumi di Candimulyo Magelang 4, para peziarah datang membawa nasi tumpeng lengkap

photo author
- Kamis, 27 Juli 2023 | 20:40 WIB
Para peziarah berdoa di makam petilasan Kyai Candrabumi ( MERAPI-AMAT SUKANDAR)
Para peziarah berdoa di makam petilasan Kyai Candrabumi ( MERAPI-AMAT SUKANDAR)

HARIAN MERAPI - Menelisik makam petilasan Kyai Candrabumi di Candimulyo Magelang 4, para peziarah pd umumnya datang membawa nasi tumpeng lengkap.

Untuk pedoman acara Nyadran di Makam Patilasan Kyai Candrabumi yaitu antara tanggal 11 sampai 15 bulan Ruwah, pada hari pasaran Pon.

Cerita ‘tutur tinular’ dan turun-temurun ini masih ada dan lestari di tengah kehidupan masyarakat desa Podosoko.

 Baca Juga: Makam petilasan Kyai Candrabumi di Candimulyo Magelang 1, beda pendapat dengan Sultan Mataram jadi pengembara

Menurut penuturan Pak Sadjijo, kekeramatan makam petilasan Eyang Kyai Candrabumi memang terbukti dan diyakini masyarakat.

Pada masa Perang Kemerdekaan (Clash) ke II tahun 1948 - 1949, manakala ada patroli serdadu Belanda yang menuju ke desa ini, banyak warga masyarakat dan tentara pejuang yang masuk dan bersembunyi di kompleks makam ini.

Anehnya, ketika pasukan serdadu Belanda melewati jalan desa Podosoko mencari warga desa, serdadu-serdadu tersebut tidak melihat dan tidak mengetahui keberadaan warga dusun ini.

Bahkan ketika tempat itu dibom dengan tembakan kanon dan mortir, peluru yang jatuh di sini tidak meledak. Dan selamatlah warga dusun dan para tentara pejuang.

Acara ritual tradisional Nyadran di makam petilasan Eyang Kyai Candrabumi diselengggarakan setiap bulan Ruwah. Para peziarah datang dengan membawa nasi tumpeng lengkap dengan lauk-pauknya.

 Baca Juga: Makam petilasan Kyai Candrabumi di Candimulyo Magelang 2, konon masih putra Trah Keturunan Raja Paku Buwana II

Ada ‘wewaler’ atau pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh para peziarah di sini. Disamping harus suci lahir dan batin, sedekah nasi tumpeng tersebut ketika mengolah/memasaknya tidak boleh dicobarasakan (‘dicicipi’, Jw).

Dan bahan pangan yang akan dimasak untuk sedekah ini harus bersih luar dalam. Artinya, barang yang halal, bukan hasil mencuri.

Bahkan semua bahan pangan yang akan diolah harus dicuci terlebih dulu sampai bersih, termasuk garam dan bumbu-bumbunya.

Sampai kini wewaler tersebut masih dipatuhi oleh warga masyarakat di sini. Karena bila ada orang yang berani melanggar wewaler atau pantangan tersebut bisa kuwalat dan terkena bebendhu (hukuman).

Semua sedekah makanan tersebut, setelah selesai acara Nyadran dibawa pulang sebagai ‘berkat’ dan disantap bersama keluarga di rumahnya masing masing.

 Baca Juga: Makam petilasan Kyai Candrabumi di Candimulyo Magelang 3, dipercaya jadi prajurit pengikut Pangeran Diponegoro

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X