HARIAN MERAPI -Kisah cerita hidayah pemimpin yang zalim 131
Jimat menyampaikan wasiat terakhir dengan mengakui kesalahan atas kasus pembunuhan.
Saat itu suasana ruang perawatan Jimat cukup padat, karena berkumpulnya orang-orang.
Bukan hanya anggota keluarga yang ada, namun juga ada petugas polisi.
Dan yang pasti Salendro, yang memang diminta Jimat untuk datang.
Hampir semua orang yang berkumpul di ruang tersebut tersebut punya pendapat bahwa sepertinya Jimat ingin memberikan wasiat terakhir mengingat kondisinya yang sangat lemah sekali.
Namun mereka berharap Jimat bisa selamat, sehingga kedatangan mereka dimaksudkan untuk memberikan dukungan moral.
Mereka melihat Jimat meski lemah namun tampak sumringah karena orang-orang yang ia kehendaki sudah berkumpul.
Kemudian ia memberi sinyal agar Salendro lebih mendekat pada dirinya.
Baca Juga: Cerita hidayah pemimpin yang zalim 129, melihat lawan sekarat hilang rasa dendam datang rasa kasihan
Salendro yang paham langsung memenuhi keinginan itu dan memegang erat tangan Jimat.
Dengan mata yang sepertinya menahan tangis, Jimat kemudian bicara dengan terbata-bata.
"Maafkan aku Salendro. Selama ini banyak kesalahan yang sudah saya lakukan," kata Jimat.
"Tidak usah dipikirkan soal itu. Yang pasti semua kesalahan sudaha saya maafkan, Begitu juga dengan saya, tentu juga banyak kesalahan pada Jimat. Sekarang pikirkan kesehatan Jimat dulu, biar bisa pulih seperti sedia kala," kata Salensdro.