HARIAN MERAPI - Bulan Ramadhan tidak hanya identik dengan ibadah terutama berpuasa.
Bulan suci Ramadhan juga identik dengan libur sekolah.
Kebijakan pemerintah untuk meliburkan siswa pada bulan suci Ramadhan terutama terjadi pada pasca kemerdekaan, orde baru dan presiden Abdurrahman Wahid.
Baca Juga: Nilai keutamaan ibadah puasa di bulan Ramadhan, salah satunya latihan berserah diri kepada Allah
Pada bulan Ramadhan itu pemerintah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpuasa atau beribadah.
Sebelum Ramadhan biasanya sekolah menerapkan ujian kenaikan kelas atau kelulusan sekolah.
Namun tahukah bahwa libur pada bulan suci Ramadhan sudah terjadi pada masa kolonial Belanda.
Baca Juga: Warga Muslim di Tiga Negeri di Leihitu Maluku Sudah Mulai Puasa Ramadhan
Kebijakan libur sekolah ini hanya pada sekolah pribumi yang dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada anak-anak pribumi untuk beribadah.
Kebijakan pemerintah Belanda meliburkan siswa di sekolah pribumi terjadi pada 1930-an.
Namun meski sekolah libur selama satu bulan untuk instansi lain libur hanya dua hari.
Mereka yang libur dua hari itu seperti kantor-kantor dan toko-toko.
Baca Juga: Warga Jember-Bondowoso Jamaah Pondok Pesantren Mahfilud Duror Mulai Shalat Tarawih pada Selasa
Kebijakan pemerintah kolonial Belanda meliburkan siswa selama bulan Ramadhan itu seiring dengan masuknya sistem pendidikan modern yakni pada awal abad ke-20.
Instansi yang menggarap adalah mereka yang berada di bawah naungan departemen pendidikan, keagamaan dan kerajinan Hindia-Belanda, yang kemudian berubah menjadi departemen Pendidikan dan Agama pada tahun 1912.
