HARIAN MERAPI - Ketika Arya Penangsang memberontak Kasultanan Demak, Sultan Hadiwijaya menggelar sayembara, “barang-siapa yang dapat mengalahkan Arya Penangsang akan diberi hadiah Tanah Perdikan yaitu Pati dan Alas Mentaok”.
Ki Ageng Pemanahan (Bagus Kacung), Ki Penjawi, Ki Juru Mertani mengikuti sayembara. Mereka bertiga dibantu perajurit Pajang dapat mengalahkan Arya Penangsang. Sebenarnya yang membunuh Arya Penangsang adalah Danang Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan,
yang pada waktu itu masih berusia 16 tahun dengan tombak pusaka Kyai Plered. Atas jasanya ini Ki Penjawi mendapatkan hadiah Tanah Perdikan di Pati.
Namun Ki Ageng Pemanahan belum mendapatkan hadiah dari Sultan Hadiwijaya. Ini karena ada bisikan dari Sunan Giri bahwa Tanah Bumi Mentaok yang akan dihadiahkan kepada Ki Ageng Pemanahan kelak akan menjadi sebuah kerajaan besar.
Sehingga dengan berbagai pertimbangan Sultan Hadiwijaya mengulur-ulur waktu dalam memberikan hadiah Tanah Mentaok.
Kyai Ageng Pemanahan kemudian meminta bantuan kepada Sunan Kalijaga, agar mau membujuk Sultan Hadiwijaya untuk segera merealisasikan janjinya, memberi hadiah berupa Alas Bumi Mentaok.
Akhirnya Kyai Ageng Pemanahan oleh Sultan Hadiwijaya pada tahun 1556 diberi sebuah wilayah di bagian barat daya Kasultanan Pajang yang bernama Bumi Mentaok.
Baca Juga: Bedah Buku 'Salah Kaprah Aksara Jawa', upaya pelestarian bahasa dan keistimewaan Yogyakarta
Tanah itu merupakan bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu. Kala itu Bumi Mentaok berupa hutan yang terbentang antara daerah Yogyakarta sampai dataran Kedu.
Kyai Ageng Pemanahan berhasil membuka Alas Mentaok pada tahun 1558, yang dulunya terkenal angker dan banyak dihuni binatang buas. Alas Mentaok kemudian menjadi desa yang berkembang.
Kyai Ageng Pemanahan menginginkan babat alas Bumi Mentaok ini diperluas dan meminta bantuan adik kandungnya, Bagus Bancer yang diberi tugas untuk membuka hutan di daerah sebelah barat Gunung Merapi.
Daerah ini mencakup wilayah dataran Kedu dan sekitarnya yang masih berupa hutan dan tak kalah angker dengan Alas Mentaok di daerah Yogyakarta.
Bagus Bancer juga mempunyai ilmu kanuragan yang tinggi. Dikisahkan, ketika Bagus Bancer membuka alas di kawasan Kedu, hanya menggunakan tangan kosong meski dia mempunyai senjata pusaka Kudi.