Dada Karni pun berdesir mendengar ucapan tersebut. Meskipun ada sedikit pengaruh minuman keras, tapi Karni bisa merasakan ada sesuatu yang gawat telah menimpa anaknya.
Benar juga. Sesampai di rumah sakit, Karni melihat di antara kerumunan orang ada istrinya yang menangis sesenggukan di pelukan seorang ibu lain. Dengan tergopoh-gopoh, Karni menghampiri istrinya. Seketika itu pula, pecah tangis sang istri tak tertahankan lagi.
"Anak kita...Pak....anak kita," kata Bu Karni sambil meraung-raung.
"Ada apa dengan anak kita, Bu."
Seorang tokoh di kampungnya lantas menuntun Pak Karni ke sebuah sudut dan diajak duduk.
"Pak Karni, anak bapak meninggal dunia karena menenggak minuman keras oplosan bersama teman-temannya."
Mendengar ucapan tersebut, meski disampaikan dengan pelan, namun terasa seperti sambaran geledek menimpa kepala Karni. Dunia terasa berputar. Tidak ada tangis yang meledak, namun air mata Karni terlihat berkaca-kaca.
Dia merasa selama ini memang tak pernah memperhatikan anak-anak dan istrinya. Namun ketika melihat kenyataan, sekarang salah satu anaknya meninggal karena menenggak miras, maka hati Karni terasa hampa. Ada sesuatu yang dirasakannya, yakni berupa sebuah penyesalan yang mendalam.
"Astagfirullahaladzim," lirih Karni berucap. Kata-kata yang selama ini jarang dan nyaris tak pernah keluar dari mulutnya.
Iblis berkata kepada Robbnya, "Dengan keagungan dan kebesaranMu, aku tidak akan berhenti menyesatkan bani Adam selama mereka masih bernyawa." Lalu Allah berfirman: "Dengan keagungan dan kebesaranKu, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka beristighfar". (HR. Ahmad). *