HARIAN MERAPI - Bagian ketiga atau terakhir cerita misteri jeritan malam di panti asuhan kosong, dikira hanya mengarang cerita saja.
Rio berteriak ketakutan ,Rio berlari hingga terhuyung keluar dari panti asuhan, kakinya gemetar dan dadanya sesak. Dia tidak berani menoleh ke belakang, takut akan melihat sosok anak kecil atau arwah-arwah gentayangan itu lagi.
Sampai di pinggir jalan, dia roboh di bawah pohon besar, terisak pelan. Pagi mulai menyingsing, cahaya matahari perlahan mengusir kegelapan malam. Suara burung-burung berkicau memecah kesunyian, seolah-olah alam sedang mengejek kengerian yang baru saja dia alami.
Setelah cukup tenang, Rio mengeluarkan ponselnya. Layarnya retak akibat terjatuh saat dia berlari ketakutan. Dengan tangan gemetar, dia mencoba menghubungi teman-temannya.
Panggilan pertama tidak diangkat, begitu juga yang kedua. Akhirnya, pada panggilan ketiga, suara Bella terdengar di seberang sana.
"Halo, Rio? Kamu di mana?" suara Bella terdengar cemas.
Rio menceritakan semua yang dia alami, mulai dari bayangan putih, boneka-boneka yang
bergerak, hingga pertemuannya dengan arwah anak-anak. Selesai bercerita, dia terdiam
menunggu respon Bella.
"Rio, serius kamu?" suara Bella terdengar ragu. "Jangan-jangan kamu cuma ngarang cerita, ya?"
Rio frustrasi.
Dia bersumpah apa yang diceritakannya adalah kenyataan, tetapi dia tidak punya bukti untuk meyakinkan Bella.
"Terserah kamu percaya atau tidak," lirih Rio. "Yang jelas, aku gak akan pernah ke sana lagi."
Mereka berdua terdiam selama beberapa saat. Akhirnya, Bella angkat bicara lagi.
"Ya sudah, kamu sekarang di mana? Aku jemput kamu." Rio menyebutkan lokasinya dan tidak lama kemudian, dia melihat mobil Bella melaju ke arahnya. Rio masuk ke dalam mobil, kelelahan dan ketakutan masih menyelimuti dirinya.
Baca Juga: Cerita misteri muncul baking vokal misterius saat acara malam inagurasi di kampus
"Mau langsung pulang?" tanya Bella.
