Rio mengangguk pelan. Sepanjang perjalanan pulang, tidak ada percakapan di antara
mereka. Rio terus memikirkan pengalaman mengerikannya di panti asuhan itu.
Dia tidak tahu apakah arwah anak-anak itu sungguh-sungguh ingin menjadikannya salah satu dari mereka, atau itu hanya halusinasi akibat ketakutan.
Yang Rio tahu, jeritan malam di panti asuhan kosong itu akan selamanya terngiang di
telinganya, menjadi pengingat akan malam yang mengerikan itu. (Dikisahkan Anjani Betty Afriani, Universitas Ahmad Dahlan di Koran Merapi) *