Cerita hidayah berdagang baju muslim sambil ibadah

photo author
- Jumat, 17 Mei 2024 | 22:00 WIB
Ilustrasi  cerita hidayah berdagang baju muslim sambil ibadah (Sibhe)
Ilustrasi cerita hidayah berdagang baju muslim sambil ibadah (Sibhe)

HARIAN MERAPI - Cerita hidayah ketika sudah memutusakan berdagang baju muslim untuk ibadah, maka hasilnya pun akan memuaskan hati.

Semangat mendekatkan diri kepada Allah SWT begitu menggelora di benak Abdullah. Ia meyakini jika seorang muslimin mengedepankan urusan akhirat, maka urusan dunia pun akan mengikuti.

Ia pun memilih mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai sales sepeda motor. Abdullah memilih untuk berdagang baju muslim dari satu masjid ke masjid yang lain.

Baca Juga: Cerita hidayah, bagilah warisan saat orangtua masih hidup

"Dagang memang penuh ketidakpastian. Tapi dari situlah akan menumbuhkan sikap berharap kepada Tuhan pemberi rezeki Allah SWT. Insya Allah rezeki akan terus mengalir sepanjang kita selalu menomorsatukan urusan akhirat," kata Abdullah kepada istrinya, yang sempat protes atas pilihan tersebut.

Abdullah memiliki satu istri dan seorang anak balita. Tentu membutuhkan uang yang tidak sedikit untuk biaya sehari-hari. Untuk itulah setiap pagi sebelum Subuh ia sudah pergi untuk berdagang. Selepas Salat Subuh ia menjajakan baju muslim untuk pria dan wanita hingga Magrib menjelang.

Ia juga mencermati jadwal pengajian masjid-masjid besar di kota. Jika ada pengajian, Abdullah pun menjajakan barang dagangan.

Dengan cara ini, ia selalu bisa mengikuti pengajian walaupun tidak masuk langsung ke masjid. Pengeras suara yang menggelegar memudahkan dia menyerap materi dari ustaz. Dia jadi tak pernah lepas menjalankan salat lima waktu berjemaah di masjid.

Baca Juga: Didominasi milenial, PPK Pilkada 2024 di Sukoharjo resmi dilantik

Selain dagang langsung dari masjid ke masjid, Abdullah juga menawarkan produknya via toko online. Di sela-sela menjajakan dagangan, dia menawarkan lewat <I>smartphone<P> yang selalu digenggam. Dengan cara ini, rezekinya datang dari online maupun offline.

Rezeki memang tak pernah tertukar. Ini pula yang dirasakan Abdullah. Jika dagangan offline lagi sepi, maka dagangan online yang ramai. Demikian halnya sebaliknya. Alhasil pundi-pundi rupiah terus mengalir.

"Alhamdulillah, hari ini untung bersih Rp 200.000. Ini uang Rp 150.000 buat belanja. Sisanya aku tabung untuk pegangan," kata Abdullah saat memberikan uang hasil jerih payah kepada istrinya.

Perlahan-lahan bisnis Abdullah semakin berkembang. Dia sudah memiliki toko tetap dan karyawan. Meski begitu, ia tetap menugaskan seorang karyawan untuk dagang dari masjid ke masjid.

Baca Juga: Menangkal agresivitas siswa dengan optimalisasi peran catur pusat pendidikan anak

Dalam kondisi bisnis yang berkembang, ia tidak melupakan urusan akhirat. Setiap hari ia mengikuti pengajian di masjid. Yang berbeda, kini ia tidak sembari berdagang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X