HARIAN MERAPI - Pagelaran Gejog Lesung menggambarkan, bahwa tanaman padi semua berguna.
Seperti beras sebagai makanan utama, menir untuk makanan burung, sekam untuk bahan bakar memasak dan jerami digunakan membuat wayang jerami.
Anggota kelompok kesenian Padepokan ‘Kendali Rasa’ Yogyakarta ada 30 orang dengan agama yang berbeda-beda.
Baca Juga: Kesenian rakyat Gejog Lesung, terkait mitos lingkungan masyarakat agraris
Bahkan ada seorang anggotanya yang orang Tiong Hoa. Kelompok Kesenian Padepokan ‘Kendali Rasa’ pernah mewakili DIY dalam Festival Nasional Kesenian Tradisional.
Kepala Unit Pelaksana Teknis ‘Makara Art Center’ Universitas Indonesia, Dr. Ngatawi Al Zastrouw, S.Ag., M.Si, mengatakan, kesenian adalah akar budaya, kalau seni tradisi sudah hilang berarti kehilangan akar budaya dan pohon budaya mudah tumbang.
Akibatnya, akan ada banjir kebudayaan yang datang dari luar. “Ayo kita perkuat akarnya dan kita kokoh-tegakkan pohonnya agar anak cucu kita tidak terhanyut oleh budaya luar,” ajaknya.
Baca Juga: Mengenal kesenian rakyat Gejog Lesung, dikaitkan dengan sejarah munculnya kesenian ketoprak
Abbed Nugroho, pemilik ‘Kampoeng Dolanan Nusantara’ menjelaskan, Kampoeng Dolanan Nusantara’ merupakan wahana pelestarian dan edukasi untuk permainan tradisional.
Pementasan kesenian pada malam Pagelaran Seni dan Budaya dalam rangka Pendampingan Komunitas Adat Makara Art Center, Universitas Indonesia dengan kegiatan Workshop Management Event dan Sarasehan Budaya.
Beberapa kesenian yang digelar adalah kesenian dan ritual ‘Gejog Lesung’ oleh Padepokan Kendali Rasa Yogyakarta, seni musik Angklung ‘Bumi Nada Pertiwi’ oleh ibu-ibu warga desa Bumiharjo,
Gojeg Bocah oleh Sanggar Wono Seni dari Bandongan, tari Kobra Siswa dan Kuda Lumping oleh kelompok kesenian dari desa Bumiharjo. (Amat Sukandar/Koran Merapi) *