HARIAN MERAPI - Meski sempat kalah, semangat juang Nyi Ageng Serang kembali bangkit saat terjadi perang Pangeran Diponegoro.
Nyi Ageng Serang kembali turun gunung saat mendengar pecahnya perang Pangeran Diponegoro di tahun 1825.
RA Kustiyah yang berjuluk Nyi Ageng Serang memerintahkan seluruh prajuritnya bergabung dengan Pangeran Diponegoro.
Dua putra laki-laki Dyah Ayu Pulangyun, juga dikirim ke medan perang dan menjadi perwira pasukan Pangeran Diponegoro.
Baca Juga: Rakor Pengamanan Nataru, 238 Personel Polres Gunungkidul Diterjunkan Amankan Objek Vital
Kedua putra laki-laki Dyah Ayu Pulangyun itu adalah RM Gandakusuma dan RM Mertanegara.
Nyi Ageng Serang sendiri segera turun gunung membentuk pasukan, didukung kadipaten-kadipaten lainnya.
Nyi Ageng Serang bersama cucunya Pangeran Serang dan RM Natapraja, melancarkan serangan pertama terhadap Belanda di Kota Rembang dan Semarang.
Bersamaan dengan itu, kadipaten-kadipaten lain juga menggelar serangan di tempat-tempat lain.
Maka, perang gerilya yang dimulai oleh Pangeran Diponegoro dan Nyi Ageng Serang segera merembet ke daerah lain.
Terbukalah perang besar yang kemudian terkenal dengan sebutan Perang Jawa 1825-1830.
Sementara itu, jejak perjuangan Nyi Ageng Serang sampai ke daerah Sragen Jawa Tengah.
Di daerah Sragen itu pasukan Nyi Ageng Serang bertambah banyak oleh pemuda-pemuda dari Sragen.
Di tempat itu pula untuk beberapa saat lamanya Nyi Ageng Serang berhenti untuk mengatur siasat.