Perang Nyi Ageng Serang terhadap Belanda, baru berakhir ketika kedua cucunya RM Natapraja dan Pangeran Serang ditawan oleh Belanda.
Nyi Ageng Serang meminta bantuan Sri Sultan HB V untuk membebaskan kedua cucunya. Permintaan itu dikabulkan dan terjadi perjanjian dengan Belanda.
Kedua cucu Nyi Ageng Serang bisa bebas dan diberi tanah kekuasaan dengan syarat menghentikan perlawanannya.
Tidak lama setelah itu, Pangeran Diponegoro juga tertangkap Belanda dengan serangkaian tipu muslihat.
Perang Diponegoro pun berakhir, dan Nyi Ageng Serang yang sudah sepuh tidak bisa berbuat apa-apa.
Baca Juga: PMR Wira Naraya Sripati SMK Negeri I Sedayu Gelar Donor Darah dan Lomba Mewarnai
Tidak lama kemudian, Nyi Ageng Serang wafat di usia 86 tahun.
Rekam jejak pejuang Mataram melawan Belanda masih bisa dilacak melalui berbagai peninggalan berupa makam dan petilasan.
Nyi Ageng Serang yang wafat pada tahun 1838 Masehi, dimakamkan di Padukuhan Beku Banjarharjo Kalibawang Kulon Progo Yogyakarta.
Karena jasa perjuangannya, Presiden Soeharto menetapkan Nyi Ageng Serang sebagai pahlawan nasional pada 13 Desember 1974.
Kini, Makam Nyi Ageng Serang di Kulon Progo selalu ramai peziarah pada setiap hari Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon.(*)