HARIAN MERAPI - Peran wanita atau kaum perempuan yang selalu “di-empu-kan” sangatlah penting karena begitu banyaknya beban-beban berat yang harus diembannya, bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh kaum pria, mereka sukses memikulnya.
Pemerintah menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu dan menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada kaum ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya.
Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan ayah.
Baca Juga: Keistimewaan seorang wanita, diantaranya adalah perhiasan dunia
Firman Allah SWT: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS. Luqman; 31:14).
Begitu pula dalam firman-Nya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf; 46:15).
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku baik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari-Muslim).
Baca Juga: Sifat itsar atau mendahulukan orang lain dan berbagai keutamaannya
Dari hadits ini, kita diperintahkan untuk berbakti kepada ibu tiga kali lipat dibandingkan
kepada ayah.
Kemudian, kedudukan isteri dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa seseorang (suami) telah dijelaskan dalam Al-quran:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian.” (QS. Ar-Rum; 30:21).
Seorang pria menjadikan seorang wanita sebagai istrinya bisa karena cintanya kepada wanita tersebut atau karena kasih sayangnya kepada wanita itu, yang selanjutnya dari cinta dan kasih sayang tersebut keduanya mendapatkan anak, yang merupakan dambaan setiap orang yang mengarungi maghligai keluarga.
Sungguh kita bisa melihat teladan yang baik tentang ke-empu-an seorang perempuan pada
diri Sayyidah Khadijah RA, isteri Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan andil besar dalam menenangkan rasa takut Rasulullah ketika beliau didatangi malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama kalinya di goa Hira’.
Baca Juga: Mengembangkan sifat khusnudzan, di antaranya dengan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT
Nabi pulang ke rumah dengan gemetar dan hampir pingsan, lalu berkata kepada Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku khawatir dengan diriku.”