Baca Juga: Enam Cara untuk Meningkatkan Kehormatan Diri Supaya Dalam Hidup Memiliki Martabat yang Tinggi
sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihiwasallam dalam sabdanya : “Mencari ilmu hukumnya wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah).
Di antara beragam disiplin ilmu agama, yang seharusnya mendapatkan prioritas pertama dan utama untuk dipelajari dan didalami terlebih dahulu oleh setiap muslim adalah ilmu tauhid.
Pengenalan akan ke-Esa-an Allah merupakan prioritas ilmu yang kemudian diderivat atas ilmu-ilmu yang lain.
Kedua, amal. Seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya akan dicap sebagai orang yang dimurkai lagi sesat sebagaimana bacaan setiap shalat kita.
Firman Allah SWT : “Tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus. Yaitu jalan golongan yang engkau karuniai kenikmatan atas mereka, bukan (jalannya) golongan yang dimurkai ataupun golongan yang tersesat“. (QS. Al-Fatihah, 1: 6-7).
Baca Juga: Enam Strategi Internalisasi Nilai-nilai Religiusitas dalam Rangka Pembentukan Karakter Anak
Ketiga, dakwah. Setelah seorang hamba membekali dirinya dengan ilmu dan amal, dia memiliki kewajiban untuk melihat kondisi kanan dan kirinya, peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Kepedulian itu ia apresiasikan dengan bentuk menularkan dan mendakwahkan ilmu yang telah ia raih dan ia amalkan kepada orang lain.
Dalam berdakwah kita dituntut untuk senantiasa mengedepankan sikap hikmah, dalam rangka mengamalkan firman Allah ta’ala :
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, serta berdebatlah dengan mereka dengan jalan yang baik”. (QS. An-Nahl, 16:125).
Keempat, sabar. Kesabaran dibutuhkan oleh setiap muslim ketika ia mencari ilmu, mengamalkannya dan mendakwahkannya; karena tiga fase ini susah dan berat.
Baca Juga: Lima Kekuatan Generasi Qur’ani, Salah Satunya Quwwatul ‘Aqidah
Sabda Rasulullah Muhammad SAW : “(Jalan menuju ke) surga diliputi dengan hal-hal yang dibenci (nafsu), sedangkan (jalan menuju ke) neraka diliputi dengan hal-hal yang disukai hawa nafsu”. (HR. Muslim).
Sahabat Sa’ad radhiyallahu’anhu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya? Beliau shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Para nabi lalu mereka yang memiliki keutamaan yang tinggi, lalu yang di bawah mereka”. (HR Tirmidzi).