Islam menganjurkan kepada umatnya untuk memiliki rasa malu dan jangan suka membuka aib orang lain.
Sesuatu yang telah ditutup oleh Allah SWT janganlah kita senang membukanya, yang menjadikan orang lain dapat dipermalukan.
Di samping itu malu juga akan mengantarkan pemiliknya ke dalam syurga-Nya, sebagaimana hadts Nabi Muhammad SAW:
Baca Juga: Berbagai Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Antisipasinya
“Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di Syurga dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di Neraka”. (HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Dan syurga merupakan tempat kembali yang sangat indah yang senantiasa dirindukan dan didambakan oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa.
Ketiga, malu adalah akhlak Islam sekaligus akhlak para Malaikat. Tentang malu adalah akhlak Islam, Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu”. (HR. Ibnu Majah dan Ath Tabrani).
Rasulullah Muhammad SAW menjelaskan bahwasanya malu dan iman itu senantiasa beriringan, sebagaimana Sabda beliau:
“Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya (HR. Al Hakim, Ath-Tabrani). Sedangkan malu adalah akhlak dari para malaiktat, Rasulullah SAW bersabda : “Apakah aku tidak pantas merasa malu terhadap seseorang, padahal para Malaikat merasa malu kepadanya”. (HR. Muslim).
Baca Juga: Fenomena Lantai 29 Sebuah Hotel 1: Bertukar Kamar dengan Dua Perempuan yang Takut Ketinggian
Rasa malu inilah yang akan menjadi “rem” sekaligus kendali diri untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan leh agama dan masyarakat.
Oleh karena itu, sungguh membudayakan rasa malu untuk dapat diterapkan pada kehidupan pribadi, keluarga, dan juga lingkungan sekitar merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT
dan akan melahirkan kehidupan bermasyarakat yang lebih harmonis, nyaman serta penuh kepercayaan angar anggotanya. Insya Allah! *