GENG pelajar masih menjadi momok masyarakat, karena mereka sering bikin onar. Mereka menebar teror dan sangat meresahkan masyarakat.
Anggota geng pelajar yang umumnya masih berusia belasan tahun itu, dengan entengnya membawa senjata tajam di jalanan, seolah kebal hukum.
Jajaran kepolisian sudah berulang kali membubarkan aksi mereka, namun ternyata muncul lagi, begitu seterusnya.
Baca Juga: Tamu Misterius di Hotel Berhantu Peninggalan Tentara Inggris
Sejauh ini kepolisian menggunakan pendekatan persuasif untuk membubarkan geng pelajar. Hasilnya pun lumayan, sejumlah geng pelajar mendeklarasikan membubarkan diri.
Sayangnya, setelah itu tak ada pengawasan ketat, sehingga anggota geng yang telah membubarkan diri itu bergabung lagi membentuk geng baru.
Kia mengapresiasi langkah kepolisian yang tidak membubarkan geng secara paksa, melainkan mereka sendiri yang membubarkan diri.
Upaya pembubaran geng pelajar harus didukung semua pihak, termasuk masyarakat. Namun, yang paling berkompeten adalah pelajar, sekolah, orangtua dan kepolisian. Bila pembubaran dipaksakan, dikhawatirkan malah tidak efektif.
Bahkan, mereka akan tetap eksis meski secara sembunyi-sembunyi. Pendekatan yang bersifat persuasif ini nampaknya lebih efektif, mengingat usia mereka (pelajar) masih labil.
Apalagi, berdasar pengalaman, semakin dilarang, mereka semakin tertantang. Bahkan, melanggar aturan pun bisa menjadi semacam kebanggaan.
Kita tentu masih ingat geng motor di Bandung yang sempat menggegerkan masyarakat. Untuk bisa masuk geng tersebut, anggotanya harus berani membacok sembarang orang. Korban dari masyarakat umum pun berjatuhan. Bagaimana kondisinya di Yogya ?
Baca Juga: DPO Penganiayaan Di Temanggung, Ditangkap dalam Pelarian di Pedalaman Kalimantan
Meski tidak separah kota besar lainnya, namun melihat peristiwa kriminal yang selama ini terjadi, aktivitas geng remaja atau geng pelajar sangat meresahkan dan menjadi momok masyarakat.
Tak sedikit masyarakat yang tidak tahu apa-apa menjadi korban aksi mereka. Geng pelajar yang sering menggunakan sepeda motor ini tak jauh beda dengan aksi klitih, karena mencari sasaran acak.
Karenanya, membubarkan geng pelajar adalah kebutuhan demi keamanan masyarakat. Apalagi, keberadaan geng pelajar lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. Meski mereka berdalih menyelenggarakan kegiatan positif, kenyataannya tetap berekses negatif.