DALAM pekan-pekan terakhir media ini diwarnai berita tentang aksi klitih maupun geng pelajar yang anggotanya rata-rata masih berusia di bawah 18 tahun. Mereka umumnya masih duduk di bangku SMP, namun tindakannya supernekat dengan membawa berbagai senjata tajam, mulai dari golok, celurit, bendo hingga gir yang telah dimodifikasi.
Nampaknya mereka punya hasrat hasrat kuat untuk melukai orang lain, tak peduli apakah orang yang dilukai itu punya masalah dengannya atau tidak. Inilah bahayanya. Saat marak geng pelajar atau remaja, sekitar dekade 1985-an kondisinya tidak seperti sekarang. Dulu sangat jarang anggota geng yang membawa senjata tajam. Jarang pula yang meregang nyawa akibat tawuran.
Namun kini, acap jatuh korban karena kena bacok dan sebagainya. Pergeseran aksi kekerasan remaja dari masa lalu ke masa kini, memang layak dicermati, kalau perlu dibikin semacam penelitian. Ada apa dengan remaja kita, khususnya pelajar ?
Baca Juga: Ralf Rangnick Datang, Michael Carrick Pilih Hengkang dari Manchester United
Apakah lantaran mereka terlalu lama belajar secara daring sehingga bosan dan bikin keributan di luar, belum ada penelitian. Tapi, tidaklah bijak kalau kemudian mengambinghitamkan pandemi Covid-19. Sebab, kuncinya bukan pada ada tidaknya pandemi, melainkan pada sejauh mana perhatian orangtua dan guru terhadap anak didiknya. Tentu ini jauh lebih penting.
Seperti yang terjadi di kawasan Godean Sleman baru-baru ini, dua siswa SMP diamankan petugas karena hendak tawuran. Polisi menyita berbagai senjata, mulai dari gir, celurit hingga golok. Mungkin merasa masih di bawah umur, kedua pelaku nampaknya tak takut. Petugas pun tak kurang akal, tetap menjerat mereka dengan UU Darurat No 2 Tahun 1951 tentang larangan membawa senjata tajam.
Dalam proses hukum nanti memang akan ada perlakuan khusus terhadap anak di bawah umur, namun bukan berarti mereka dibiarkan begitu saja. Selalu saja mereka yang kedapatan membawa senjata tajam beralasan untuk berjaga-jaga. Berjaga-jaga dari apa ? Katanya kalau ada serangan dari lawan.
Baca Juga: MAMA 2021 Tanpa Dihadiri BTS
Alasan semacam itu sangat klasik dan tak perlu dipercaya. Sebab, pada dasarnya anak-anak itu memang suka tawuran dan bikin ribut, sehingga lebih baik diproses hukum meski pidana yang dapat dijatuhkan hanya separoh ancaman pidana orang dewasa.
Geng pelajar sebaiknya dibubarkan, tanpa pandang bulu. Sebab, mereka lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. Kalau kecil-kecil sudah nekat bawa golok dan membacok orang, bagaimana kelak setelah dewasa ? (Hudono)