Menyongsong Idul Fitri 1443 H

photo author
- Jumat, 29 April 2022 | 03:00 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok Pribadi)

Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 40: Diliputi Kegelisahan Menerima Kabar Mengejutkan, Calon Istri Jadi Korban Pembunuhan

dan di sisi lain dalam amalan harus menunjukkan peningkatan sebagai pertanda bahwa gemblengan dalam bulan Ramadhan tidak menjadi sia-sia.

Amalan orang yang benar-benar kembali kepada fithrah adalah amalan yang berkesinambungan.

Artinya amalan di hari mendatang harus lebih baik dari hari yang telah lalu.

Agama menuntunkan bahwa perayaan Idul Fitri adalah pernyataan syukur atas telah dilaksanakannya ibadah puasa sebulan penuh.

Pernyataan syukur itu dinyatakan dengan membayar zakat fitrah sebagai bagian dari ibadah wajib, dilanjutkan dengan mengumandangkan takbir, tahmid,
tasbih serta tahlil semalam suntuk di malam Idul Fitri.

Dan pada pagi harinya berbondong-bondong ke tanah lapang untuk melaksanakan salat Idul Fitri dan mendengar khutbah untuk menguatkan iman
dan takwa.

Baca Juga: Mengamuk dan Bikin Resah, Warga Gelar Ritual untuk Mengusir Gendruwo. Ini yang Terjadi

Dalam suasana merayakan Idul Fitri, silaturahim adalah bagian yang mentradisi dalam lingkungan kita dan ini kewajiban dan ada tuntunannya.

Sebab semua kesalahan antara hamba dengan Khaliknya telah dimohonkan ampun sebulan penuh. Di mana setiap hari kita selalu mengucapkan doa :

”Allahumma innaka affuwun, tuhibbul ‘afwa fa’fu ’anna” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau suka mengampuni, maka ampunilah aku).

Tetapi kepada sesama manusia perlu dilakukan dengan berkumpul dalam majlis ataupun saling kunjung-mengunjungi bahkan dengan telepon atau surat pun boleh kesemuanya dengan dengan niat yang ikhlas.

Akhirnya, dalam momentum menjelang berakhirnya Ramadhan 1443 H ini hendaknya segenap kaum muslimin melakukan gerakan aktualisasi takwa secara luas guna membentuk individu yang berakhlak karimah,

keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, masyarakat atau qariyah yang thayyibah, dan bangsa atau negara yang ”baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”. Insya Allah! *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X