dan di sisi lain dalam amalan harus menunjukkan peningkatan sebagai pertanda bahwa gemblengan dalam bulan Ramadhan tidak menjadi sia-sia.
Amalan orang yang benar-benar kembali kepada fithrah adalah amalan yang berkesinambungan.
Artinya amalan di hari mendatang harus lebih baik dari hari yang telah lalu.
Agama menuntunkan bahwa perayaan Idul Fitri adalah pernyataan syukur atas telah dilaksanakannya ibadah puasa sebulan penuh.
Pernyataan syukur itu dinyatakan dengan membayar zakat fitrah sebagai bagian dari ibadah wajib, dilanjutkan dengan mengumandangkan takbir, tahmid,
tasbih serta tahlil semalam suntuk di malam Idul Fitri.
Dan pada pagi harinya berbondong-bondong ke tanah lapang untuk melaksanakan salat Idul Fitri dan mendengar khutbah untuk menguatkan iman
dan takwa.
Baca Juga: Mengamuk dan Bikin Resah, Warga Gelar Ritual untuk Mengusir Gendruwo. Ini yang Terjadi
Dalam suasana merayakan Idul Fitri, silaturahim adalah bagian yang mentradisi dalam lingkungan kita dan ini kewajiban dan ada tuntunannya.
Sebab semua kesalahan antara hamba dengan Khaliknya telah dimohonkan ampun sebulan penuh. Di mana setiap hari kita selalu mengucapkan doa :
”Allahumma innaka affuwun, tuhibbul ‘afwa fa’fu ’anna” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau suka mengampuni, maka ampunilah aku).
Tetapi kepada sesama manusia perlu dilakukan dengan berkumpul dalam majlis ataupun saling kunjung-mengunjungi bahkan dengan telepon atau surat pun boleh kesemuanya dengan dengan niat yang ikhlas.
Akhirnya, dalam momentum menjelang berakhirnya Ramadhan 1443 H ini hendaknya segenap kaum muslimin melakukan gerakan aktualisasi takwa secara luas guna membentuk individu yang berakhlak karimah,
keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, masyarakat atau qariyah yang thayyibah, dan bangsa atau negara yang ”baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”. Insya Allah! *