Menegakkan Disiplin Konstruktif Kepada Anak, Salah Satu Cirinya Adalah Konsisten

photo author
- Senin, 14 Februari 2022 | 06:12 WIB
 Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)

harianmerapi.com - Di dalam mendidik anak tidak ditemukan rumus baku yang dapat dijadikan peoman oleh setiap orangtua dalam setiap kesempatan.

Namun demikian tidaklah berarti bahwa sbagai orangtua akan pasrah begitu saja dan membiarkan anak berkembang sesuai dengan kehendaknya sendiri.

Adalah J. Rainer Twiford dalam bukunya yang berjudul “Managing Children’s Behavior” menjelaskan adanya sepuluh prinsip yang dapat dipergunakan untuk mendidik anak-anak; salah satunya adalah menegakkan disiplin
secara konstruktif.

Baca Juga: Petung Jawa Senin Legi 12 Rejeb 1955 Alip atau 14 Februari 2022, Kebalikan dari yang Umum Bakat Jual Beli

Menegakkan disiplin berarti menanamkan seriap pedoman perilaku. Setelah cinta, orangtua menekankan pentingnya memberika arah yang jelas dan menekankan batas-batas pada perilaku anak.

Disiplin adalah suatu persiapan yang pokok untuk menyesuaikan diri dengan dunia luar yang akan membuat anak berperilaku lebih baik dan lebih berbahagia.

Sangat baik menggunakan pendekatan positif denga mengatakan “boleh melakukan ini” lebih sering daripada “jangan lakukan itu”.

Kedisiplinan yang knstrukif akan menjafikan anak-anak memahami tentang sesuatu yang patut dikerjakan dan yang tidak layak dilakukannya.

Baca Juga: Kasihan Melihat Pasien di Rumah Sakit Diikat dan Kucing Sudah Damai dengan Tikus

Disiplin yang konstruktif itu memiliki beberapa ciri dan kekhasan; yakni: Pertama, konsisten. Jangan sampai orangtua merusak ketentuan-ketentuan yang telah dibuat dan telah disepakati bersama beberapa saat lalu.

Ketidakcocokan dalam membesarkan anak harus dipecahkan berdua, jangan diperlihatkan di depan anak-anak.

Kedua, jelas. Buatlah peraturan-peraruran sederhana dan katakanlah dengan jelas sebelumnya. Jangan sampai membuat anak bingung dengan peraturan-peraturan yang ada.

Ketiga, tanganilah secara pribadi. Kalau memungkinkan, janganlah menghukum anak di depan orang lain. Hal ini akan menimbulkan kebencian anak dan mungkin ia akan tetap melakukan kesalahan-kesalahan untuk menyelamatkan muka mereka.

Baca Juga: Heboh Candi Misterius di Sambimaya 1: Sering Terlihat Biksu di Sebuah Gundukan Tanah

Keempat, masuk akal dan dapat dimengerti. Jelaskan alasan mengapa seoang anak harus mendapatkan pengarahan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X