Pertama, pihak yang memiliki kekurangan informasi hendaknya mencari sebanyak-banyaknya pengetahuan tentang sesuatu yang tidak diketahuinya.
Baca Juga: 7 Langkah Mudah Menghapus Background Foto di Handphone Tanpa Aplikasi
Kedua, bagi pihak yang ‘mengetahui’ berkewajiban memberikan informasi dan pengetahuan yang dia miliki kepada pihak yang tidak mengetahui.
5. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar
Contoh nyata dari pencegahan dan resolusi konflik yang dilakukan Rasulullah adalah membentuk perasaan bersaudara antara kaum Muhajirin dan Anshar atau yang kini disebut dengan melting pot (pembauran).
Kaum Muhajirin yang berasal dari Makkah dan kaum Anshar yang asli Yatsrib tentu memiliki karakter dan budaya yang sangat berbeda.
Baca Juga: Jukir Tewas Dikeroyok di Tempat Hiburan Malam, Teman Korban Bersimpati Galang Dana
Namun, mereka berhasil disatukan dan bahkan dipersaudarakan oleh Rasulullah. Penyebutan Muhajirin dan Anshar bukanlah sebutan yang kosong dari makna.
6. Membuka jaringan persaudaraan dengan seluruh komunitas yang ada
Setelah pembauran atau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar serta menempatkan mereka dalam posisi yang seimbang, Rasulullah selanjutnya membangun komunikasi intensif untuk memperluas jaringan persaudaraan.
Hal itu penting dilakukan untuk menunjukkan betapa persaudaraan Islam bukanlah upaya untuk memecah belah atau ancaman bagi komunitas lain, juga bukan untuk kepentingan
Baca Juga: Pernyataan Lengkap Dirut PT PSS Marco Gracia Paulo Saat Ditelepon Bupati Slemanekonomi dan kekuasaan.
7. Mendorong terwujudnya perdamaian (Islah).
Jika terjadi konflik, Alquran mendorong mereka yang berkonflik untuk melakukan perdamaian (Islah) di mana kedua belah pihak yang bersengketa bertemu dalam satu tempat untuk mencari jalan damai dari konflik yang terjadi.
Kedua pihak yang bertikai dituntut jujur dan membuka diri menerima masukan-masukan yang konstruktif untuk kepentingan semua pihak. *