Baca Juga: PLN Targetkan Seluruh Desa di Provinsi Bengkulu Teraliri Listrik Tahun 2022
(4) menyadari bahwa segala perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat,
(5) mengontrol hawa nafsu dan mewaspadainya, serta melaksanakan ketaatan serta menjauhi kemaksiatan, agar menjadi ringan hisab di hari akhirat nanti,
(6) membuat seseorang untuk berusaha meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional seperti sabar , syukur, dan ikhlas, dan
Baca Juga: Seminar Nasional LPPM Unisa Yogyakarta: Era Manusia Hidup Berdampingan dengan Teknologi
(7) meningkatkan kemampuan evaluasi diri terhadap apa dan bagaimana hari ini untuk menyiapkan hari esok (akhirat) yang lebih baik sebagaimana diigatkan Allah dalam Surat al-Hasyr ayat 18 di atas.
Dari semua hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari muhasabah di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa dengan muhasabah seseorang dapat mengenal keterbatasan dan kekurangan dirinya, untuk kemudian dijadikan sebagai modal utama untuk mencapai nilai tertinggi kemanusiaan seseorang, yaitu; nafsul muthmainnah (jiwa yang tenang).
Dan dengan bermuhasabah seseorang juga dapat melepaskan diri dari jeratan dua nafsu yang merusak, yaki nafsul lawwamah (jiwa yang tidak stabil) dan nafsul ammaroh bi‘s-su’ (jiwa yang memiliki tabiat selalu memerintahkan keburukan).
Baca Juga: Dani King Heran, Karya Lukisannya Sering Dianggap Misteri, Magis dan Aneh
Jika sudah demikian maka hidup yang dijalani akan terasa lebih tenang dan damai karena telah terhindar dari kesedihan yang berkepanjangan akibat adanya rasa berdosa dan salah yang pernah dilakukannya di masa lalu.
Juga hidup menjadi lebih berkah karena diliputi dengan keridhaan Allah SWT. Marilah kita manfaatkan berbagai ujian dari-Nya sebagai sarana untuk kita melakukan introspeksi diri atas semua hal yang pernah kita perbuat sehingga capaian ketakwaan sebagai tujuan perjalan hidup manusia dapat diraih secara maksimal. Inshaa Allah!