harianmerapi.com - Dalam kondisi yang penuh ujian dan bencana saat ini, masih banyak orang yang merasa bangga dengan apa yang dimilikinya.
Bangga akan kecerdasannya, kepandaiannya, kecantikannya, ketampanannya, kekuatan badannya, kemerduan suaranya, harta benda yang dimilikinya, jabatan yang diraihnya dan berbagai kesuksesan lain.
Manusia senang dipuji, dihargai dan dihormati sebagai bentuk dari ekspresi akan eksistensi dirinya.
Baca Juga: Petani Lereng Gunung Sindoro Berbagi Takjil Sayuran
Sehubungan dengan hal ini, Allah sejak dini telah mengingatkan dengan firman-Nya:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS. Luqman, 31:18).
Kecenderungan atau keinginan untuk menonjolkan ke-aku-an adalah bagian dari karakter manusia yang tidak bisa dibuang atau dihilangkan,
tetapi hanya bisa dikelola atau diatur sehingga memunculkan sifat positif seperti; rendah hati, arif, bijaksana, berhati mulia, dan berbagai akhlak mulia yang lain.
Dan dalam konteks pengelolaan atau pengaturan diri ini, puasa Ramadhan sekarang ini adalah momentum yang paling efektif untuk membakar ke-aku-an manusia.
Baca Juga: Cerita Misteri Malam-malam Ada yang Ketuk Jendela, Siapa Dia?
Dengan melaksanakan berbagai amalan utama di bulan Ramadhan seperti puasa, shalat tarawih, memberikan takjil, tadarus al-Quran akan membakar nafsu-nafsu ke-aku-an pada diri seseorang.
Proses membuang ke-aku-an ini dapat dianalogikan dengan pembakaran sebatang besi yang akan diproses menjadi pisau, alat rumah tangga, atau alat musik tertentu yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Sifat besi yang dingin, ketika dibakar menjadi panas. Besi yang panas ini ketika ditempelkan pada selembar kertas, maka kertas itu akan ikut terbakar, atau minimal menjadi gosong.
Hal ini sama artinya dengan orang yang sedang berpuasa, yaitu ia sebenarnya telah melakukan proses membuang sifat-sifat yang merusak (negatif), termasuk sifat sombong (takabur), ria, iri, dengki dan sebagainya.