Anak yang tidak mematuhi orang tua akan mendapatkan hukuman yang keras, pendapat anak tidak didengarkan sehingga anak tidak memiliki eksistensi di rumah, tingkah laku anak dikontrol sangat ketat.
Baca Juga: Seorang haji tertua asal Pasaman Barat wafat di Tanah Suci Mekkah, ini pemakamannya
Anak yang dididik secara otoriter atau ditolak akan memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan agresivitasnya dalam bentuk yang merugikan dan negatif.
Pola asuh otoriter juga cenderung memicu anak menjadi anak nakal saat dia mulai memasuki bangku sekolah.
Ketiga, pola asuh permissive (permisif). Dalam gaya pola asuh permissive orang tua
cenderung untuk mengikuti semua keinginan anak atau dalam istilah lain mungkin yang
tepat yaitu memanjakan anak.
Orang tua yang memiliki pola asuh permisif berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls (dorongan emosi), keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman, berkonsultasi pada anak.
Hanya sedikit memberi tanggung jawab rumah tangga, membiarkan anak mengatur aktifitasnya sendiri dan tidak mengontrol, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, tetapi tanpa menunjukkan kekuasaan.
Baca Juga: Masjid Sheikh Zayed Solo Dikunjungi 30.000 Orang Per Hari Saat Libur Sekolah
Keempat, pola asuh neglectful yang merupakan kata lain pola asuh ini uninvolved
(tak terlibat). Sesuai dengan artinya bahwa dalam pola asuh ini keterlibatan orang tua
maupun respon orang tua terhadap anak sangat rendah.
Orang tua cenderung mengabaikan atau membiarkan anak berkembang dengan kemampaun dan kemauan sendiri.
Anak dalam proses perkembanganya tentu membutuhkan pendamping untuk mengarahkan setiap perilaku dalam kehidupanya, namun tentu jika hal tersebut tidak terjadi maka ini akan mendorong terbentuknya perilaku buruk pada diri anak.
Anak yang secara nyata masih mencari jati diri, dipaksa untuk menentukan sendiri cara hidup yang akan ditempuhnya. *