Empat pola asuh orang tua menurut Baumrind, antara lain authoritarian dan authoritative

photo author
- Kamis, 6 Juli 2023 | 17:00 WIB
Empat pola asuh orang tua menurut Baumrind, antara lain authoritarian dan authoritative ( Dokumen: Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.)
Empat pola asuh orang tua menurut Baumrind, antara lain authoritarian dan authoritative ( Dokumen: Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.)

Anak yang tidak mematuhi orang tua akan mendapatkan hukuman yang keras, pendapat anak tidak didengarkan sehingga anak tidak memiliki eksistensi di rumah, tingkah laku anak dikontrol sangat ketat.

Baca Juga: Seorang haji tertua asal Pasaman Barat wafat di Tanah Suci Mekkah, ini pemakamannya

Anak yang dididik secara otoriter atau ditolak akan memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan agresivitasnya dalam bentuk yang merugikan dan negatif.

Pola asuh otoriter juga cenderung memicu anak menjadi anak nakal saat dia mulai memasuki bangku sekolah.

Ketiga, pola asuh permissive (permisif). Dalam gaya pola asuh permissive orang tua
cenderung untuk mengikuti semua keinginan anak atau dalam istilah lain mungkin yang
tepat yaitu memanjakan anak.

Orang tua yang memiliki pola asuh permisif berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls (dorongan emosi), keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman, berkonsultasi pada anak.

Hanya sedikit memberi tanggung jawab rumah tangga, membiarkan anak mengatur aktifitasnya sendiri dan tidak mengontrol, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, tetapi tanpa menunjukkan kekuasaan.

Baca Juga: Masjid Sheikh Zayed Solo Dikunjungi 30.000 Orang Per Hari Saat Libur Sekolah

Keempat, pola asuh neglectful yang merupakan kata lain pola asuh ini uninvolved
(tak terlibat). Sesuai dengan artinya bahwa dalam pola asuh ini keterlibatan orang tua
maupun respon orang tua terhadap anak sangat rendah.

Orang tua cenderung mengabaikan atau membiarkan anak berkembang dengan kemampaun dan kemauan sendiri.

Anak dalam proses perkembanganya tentu membutuhkan pendamping untuk mengarahkan setiap perilaku dalam kehidupanya, namun tentu jika hal tersebut tidak terjadi maka ini akan mendorong terbentuknya perilaku buruk pada diri anak.

Anak yang secara nyata masih mencari jati diri, dipaksa untuk menentukan sendiri cara hidup yang akan ditempuhnya. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X