opini

Inilah persepsi tubuh kurus di dunia model yang berbeda dengan tinjauan kesehatan

Jumat, 12 Desember 2025 | 12:00 WIB
Bintang Hollywood, Bella Hadid dengan postur tubuh kurusnya. (ANTARA/Instagram-Bella Hadid)

 Baca Juga: CIMB Niaga Siap Berikan Relaksasi Kredit Korban Bencana di Sumatera

 

Standar sehat

Dunia yang ribut soal tubuh kurus sering lupa bahwa manusia bukan papan iklan. Kita punya darah, letih, dan kebutuhan makan tiga kali sehari yang tidak bisa digantikan filter aesthetic apapun.

Di Barat, kurus dianggap seni; di kampung-kampung Indonesia, ia dianggap alarm darurat. Dan dua tafsir ini sering membuat orang terombang-ambing di tengah pusaran komentar.

Sampai kapan tubuh harus menjadi arena kompetisi tafsir? Ketika selebritas dipuja karena kurus, dan masyarakat lokal panik karena kurus, keduanya sesungguhnya sama-sama kehilangan fokus.

Tubuh tidak sedang meminta dinilai. Tubuh hanya ingin diberi makan yang benar, istirahat yang cukup, dan diperlakukan sebagai rumah yang layak.

Sebab dalam kenyataan sehari-hari, banyak orang yang kurus bukan karena program diet mahal, melainkan stres kerja, jam tidur berantakan, atau ekonomi yang membuat dapur rapuh.

Di titik ini lelucon berhenti sebentar, menyisakan kenyataan sosial yang tidak lucu-lucu amat. Kita tertawa karena absurditasnya, tapi kita paham: tubuh sering menanggung hal-hal yang tidak bisa diucapkan.

Dan di ujungnya, ada pengingat sunyi yang sering tenggelam oleh hiruk-pikuk standar: tubuh adalah amanah. Ia bukan hadiah hiburan, bukan properti publik, dan bukan juga alat branding diri.

Baca Juga: Dorong Kompetensi Jurnalis di Indonesia, CIMB Niaga Gelar Workshop dan Kelas Jurnalisme Inspiratif

Merawatnya adalah bentuk syukur paling sederhana kepada Sang Pencipta yang menitipkan raga ini. Bukan soal kurus atau gemuk, bukan soal editorial look atau standar Kemenkes. Yang penting: tubuh bekerja sebagaimana mestinya, hati tidak sesak, dan kepala tetap jernih menjalani hidup.

Mungkin itu inti dari semua kekacauan definisi kurus: kita sedang belajar menyudahi obsesi atas tampilan, lalu kembali menata hubungan dengan tubuh sendiri. Agar suatu hari kita bisa berkata tanpa beban: “Aku merawat tubuhku bukan untuk tampil hebat, tapi karena aku bersyukur masih hidup di dalamnya”.*

 

Halaman:

Tags

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB