opini

Merancang Pembelajaran Mendalam yang Implementatif di Kelas

Minggu, 23 November 2025 | 19:56 WIB

Contoh tujuan yang dangkal: “Siswa dapat menyebutkan pengertian demokrasi.”

Tujuan yang lebih mendalam dan implementatif misalnya: “Siswa mampu menganalisis praktik demokrasi di lingkungan sekolah dan mengusulkan perbaikan yang realistis.”

Rumusan kedua secara otomatis mendorong guru untuk menyusun kegiatan seperti observasi, diskusi, studi kasus, atau proyek advokasi kelas, bukan sekadar ceramah. Dengan kata lain, langkah pertama menuju pembelajaran mendalam adalah merumuskan tujuan yang:

a. menyasar pemahaman konseptual dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
b. memiliki kaitan eksplisit dengan konteks kehidupan nyata, dan
c. menjadi rambu utama dalam memilih metode dan asesmen.

2. Mengelola Cakupan Materi dan Mengaitkannya dengan Realitas Siswa

Naskah akademik “Pembelajaran Mendalam Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua” menekankan perlunya pengalaman belajar yang bertahap: dari pengetahuan esensial, menuju penerapan, lalu pendalaman nilai dan karakter.

Hal ini mengimplikasikan bahwa guru tidak perlu “mengejar habis” sebanyak mungkin topik, tetapi memilih sedikit topik yang betul-betul penting dan digali lebih dalam.

Pengelolaan kedalaman dan keluasan materi tersebut menjadi lebih kuat bila guru menautkan konten dengan pengalaman nyata siswa. Studi-studi mutakhir tentang deep learning di sekolah dasar menunjukkan bahwa pembelajaran mendalam menjadi efektif ketika konsep dijelaskan secara kontekstual, terhubung dengan pengalaman hidup, dan melibatkan emosi positif (mindful, meaningful, joyful).

Strategi yang dapat diterapkan di kelas antara lain:

a. Studi kasus lokal: misalnya isu sampah di lingkungan sekitar sekolah untuk topik lingkungan hidup, atau praktik bermedia sosial di kalangan remaja untuk topik etika digital.

b. Pertanyaan pemantik: seperti “Mengapa hoaks mudah menyebar?” atau “Mengapa banyak siswa merasa matematika menakutkan?”, yang mengundang eksplorasi sebelum penjelasan konsep.

c. Kegiatan lapangan dan simulasi: observasi lingkungan, wawancara sederhana, permainan peran (role play), atau proyek layanan masyarakat kecil-kecilan.

Dengan demikian, siswa tidak hanya mengenali istilah, tetapi melihat bagaimana konsep itu hidup di sekeliling mereka.

3. Menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif dan Kolaboratif

Pendekatan pembelajaran mendalam mensyaratkan keaktifan kognitif siswa: mereka perlu membaca, mendiskusikan, mempertanyakan, dan mencoba memecahkan masalah, bukan sekadar mendengarkan penjelasan guru.

Halaman:

Tags

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB