HANYA gara-gara masalah sepele, saling senggolan, berubah jadi pembantaian. Itu berawal ketika pelaku dan korban berada di sebuah tempat hiburan di kawasan Kartasura Sukoharjo Sabtu malam pekan lalu.
Mereka, baik pelaku maupun korban masih dalam pengaruh minuman keras. Mereka terlibat cekcok di tempat hiburan, kemudian berlanjut di jalan. Pelaku yang berboncengan dengan temannya menghentikan korban yang juga berboncengan motor.
Korban tidak mengira bakal mendapat serangan mendadak menggunakan pisau lipat dan gunting, hingga mengenai leher dan dada. Kedua korban pun tersungkur akibat lukanya. Luthan Nur Said (25) tak bisa tertolong karena lukanya sangat parah dan kehilangan banyak darah. Sedang temannya, Mahmud Handoko yang juga dihujani senjata tajam, masih dirawat di rumah sakit. Usai menusuk pelaku langsung kabur.
Baca Juga: Awas, kekerasan jalanan libatkan remaja
Namun, dalam waktu kurang dari 1 x 24 jam polisi berhasil meringkus pelaku, yakni Nanda Ismail (22) dan Rio Toni (25) yang juga residivis kasus yang sama. Keduanya ditangkap di rumah tersangka Rio. Reaksi cepat polisi tentu patut mendapat apresiasi, apalagi berhasil menangkap kedua tersangka dalam waktu relatif singkat.
Lagi-lagi, minuman keras menjadi biang malapetaka. Namun, tentu itu hanya satu faktor, sedangkan faktor lainnya, yakni adanya niat jahat melukai orang lain juga patut menjadi perhatian aparat penegak hukum. Terungkap mereka telah membawa senjata tajam dari rumah. Untuk apa ? Biasanya penjahat akan berdalih untuk berjaga-jaga. Ini alasan klasik yang seharusnya diabaikan aparat kepolisian.
Pun alasan mabuk juga tak bisa menjadi pemaaf kesalahan. Sebab, kalau pelaku mabuk total hingga seratus persen, tentu takkan kuat mengendarai motor. Boleh jadi pelaku baru setengah mabuk, sehingga perbuatannya masih dapat dipertanggungjawabkan di depan hukum. Dengan kata lain, pelaku tidak kehilangan kesadaran dan masih dapat mempertimbangkan mana perbuatan baik dan buruk.
Baca Juga: Memburu para pemeras
Lantaran senjata yang mereka bawa, yakni pisau dan gunting sudah dipersiapkan dari rumah, tak tertutup kemungkinan ada unsur perencanaan. Boleh jadi maksudnya hanya ingin memberi pelajaran kepada korban, namun kebablasan. Tapi, polisi jangan buru-buru percaya apa yang diomongkan tersangka. Sebab, dalam berbagai kasus kekerasan, pelaku akan mencari-cari alasan untuk meringankan atau bahkan terbebas dari jerat hukum. (Hudono)
| BalasTeruskan Tambahkan reaksi |