HARIAN MERAPI - Ujian dan cobaan hidup merupakan sunnatullah, dimana manusia pada suatu waktu akan mengalami berbagai kesusahan dan penderitaan hidup.
Manusia akan dihadapkan kepada ujian-ujian hidup yang sulit untuk mengelaknya dan itu adalah satu ketetapan dan hukum Allah yang bersifat pasti dan tetap, berlaku kepada siapapun, kapan pun dan di mana pun manusia berada.
Ujian dan cobaan dalam hidup di dunia terkadang berupa kelapangan dan kenikmatan, namun terkadang juga berupa kesempitan dan musibah. Bisa berupa sehat maupuan kondisi sakit, bisa berupa kekayaan maupun kemiskinan.
Baca Juga: Mobil Ambulans Puskesmas Dipakai Halal Bihalal, Ditegur Kepala DKK Salatiga
Seorang mukmin akan menghadapi ujian dalam dua keadaan: kondisi susah dan kondisi
senang. Firman Allah SWT: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS Al-Ankabut: 2).
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35).
Dalam setiap ujian yang menimpa manusia akan selalu ada kebaikan. Oleh karena itu
Nabi bersabda: “Sungguh menakjubkan seorang mukmin. Tidaklah Allah menetapkan kepadanya
sesuatu kecuali itu merupakan kebaikan baginya.“ (HR. Ahmad).
Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan,
penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundahgulanaan hingga duri yang menusuknya
melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari).
Baca Juga: HPP Rp 6.500 per kilogram, gabah panen petani wajib penuhi syarat
Dari Saad bin Abi Waqqash ia mengungkapkan: “Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurut menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringkankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun.” (HR. Al-Bukhari).
Menghadapi ujian hidup yang sedang menimpa, seseorang dapat melakukan hal-hal berikut
ini:
Pertama, menerima dan menghadapi dengan sabar: (1) menerima kenyataan: menerima
kenyataan bahwa ujian hidup adalah bagian dari kehidupan, (2) sabar dan tabah: menghadapi ujian dengan sabar dan tabah, tidak menyerah dan putus asa, dan (3) mengembangkan kesadaran diri: mengembangkan kesadaran diri dan memahami bahwa ujian hidup dapat membantu kita tumbuh dan berkembang.
Kedua, mencari dukungan sosial (social support): (1) mencari dukungan dari keluarga dan
teman: mencari dukungan dari keluarga dan teman untuk membantu menghadapi ujian hidup, (2) mencari bantuan profesional: mencari bantuan profesional jika diperlukan, seperti : psikolog,
konselor atau terapis, dan (3) mengikuti komunitas: mengikuti komunitas yang dapat membantu kita menghadapi ujian hidup.
Ketiga, mengembangkan keterampilan menghadapi ujian hidup: (1) mengembangkan
keterampilan problem-solving: mengembangkan keterampilan problem-solving untuk menghadapi ujian hidup,