HARIAN MERAPI - Sebagai orang tua bijak, harus bisa menerima anak apa adanya.
Pendidikan anak dalam keluarga bertujuan mendidik dan menyiapkan anak menjadi manusia dewasa yang memiliki kapasitas utama (berimbang antara IQ dan EQ) dan bertanggung jawab baik secara moral, agama, maupun sosial kemasyarakatan.
Lingkungan keluarga berperan menjadi sumber pengetahuan anak, juga dapat berpengaruh tehadap keberhasilan prestasi belajar anak.
Baca Juga: Matikan UMKM, SHW Center Dukung Penutupan TikTok Shop
Anak dalam kandungan sampai usia lanjut atau liang lahat akan mendapatkan pendidikan, baik dari lingkungan keluarga (pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal) maupun lingkungan masyarakat (nonformal).
Adalah Dorothy Low Nolte yang memberikan gambaran bagaimana seharusnya orangtua memperlakukan anak-anak yang masih dalam pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut:
”Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia akan terbiasa menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, maka ia akan belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia akan belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia akan menyayangi diri sendiri. Dan jika anak dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan persahabatan, maka ia akan belajar menemukan cinta kasih dalam kehidupannya”.
Ada beberapa perlakuan yang kurang menguntungkan perkembangan anak-anak dan remaja; yaitu:
Pertama, orangtua yang terlalu melindungi (over protective). Karena satu dan lain hal, ada orangtua yang dalam mendidik anak terlalu melindungi yang mengakibatkan anak-anak kurang mandiri.
Baca Juga: Maunya liburan ke Yogya sekeluarga, menginap di sebuah hotel ternyata malah menemui kejadian misteri
Orangtua yang over protective, penyebabnya bisa bermacam-macam; mungkin karena ia anak satu-satunya yang laki-laki atau yang perempuan, karena anak tunggal, anak bungsu atau sulung, dan sebagainya.
Akhirnya anak merasa selalu mendapatkan perlindungan dan kurang memiliki
keyakinan dan senantiasa tergantung kepada orang lain. Ketergantungan dalam hidup ini akan membuat anak hidupnya tidak mampu mandiri.
Kedua, orangtua yang menolak kehadiran anak (rejective). Dalam kehidupan modern ini sering dijumpai pasangan pengantin yang belum menginginkan kelahiran anak, tetapi Allah Yang Maha Pemurah telah berkenan memberikan amanah berupa anak yang mungil.
Apalagi sering terjadi adanya pasangan muda mudi yang nikah karena “kecelakaan” akibat pergaulan bebas.
Dalam kasus yang seperti ini, baik salah satu atau mungkin juga keduanya (suami dan istri) secara sadar ataukah tidak menunjukkan ekspresi penolakan terhadap kelahiran anak.