HARIAN MERAPI - Bagaimana pengembangan kreativitas dan etos kerja, antara Al-Qur’an dan N-Ach Theory?
Guna mngenali potensi seseorang dan mengenal bidang ilmu serta lapangan kerja sebaiknya sudah dilakukan semenjak masa kanak-kanak.
Berbagai usaha untuk mengenalkan hal ini tentu saja harus disesuaikan dengan kemampuan dan usia anak.
Baca Juga: Ini Metode Kampanye yang Berpotensi Menimbulkan Pergerakan Massa
Usaha itulah yang sering disebut dengan bimbingan karir anak, yang merupakan tugas dari pendidikan anak sejak dini.
Penanggung jawabnya adalah semua komponen atau lingkungan pendidikan anak yang secara garis besarnya terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan tempat ibadah.
Itulah Catur Pusat Pendidikan Anak yang harus disinergiskan dalam rangka mencapai tujuan pengembangan kreativitas dan etos kerja anak sejak dini.
Teori Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement Theory) atau yang lebih dikenal sebagai N-Ach Theory dari David McClelland menyatakan adanya dorongan untuk motivasi dalam hal capaian prestasi atau untuk berprestasi dalam berbagai hal.
Semua orang harus mempunyai dorongan untuk berprestasi. Biasanya orang-orang yang mempunyai dorongan berprestasi tinggi tersebut bersifat realistis. Setiap orang mestinya mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan prestasinya
masing masing.
Baca Juga: Marak Perundungan di Kalangan Pelajar, Polres Sukoharjo Tingkatkan Police Go To School
Sebagai contoh misalnya dalam berbagai bidang dan hal untuk pelajar, mahasiswa, dan karyawan yang bekerja di suatu perusahaan, mestinya mempunya dorongan untuk berprestasi.
Pencapaian prestasi yang maksimal akan membanggakan banyak fihak. Keterkaitan dengan N-Ach Theory ini, firman Allah SWT: “Maka apabila kamu telah selesai
(dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah; 94:7-8).
Ayat ketujuh mengajarkan agar manusia harus terus bekerja (dengan kemampuan kreativitas yang dimilikinya) menuju kepada capain prestasi yang maksimal.
Namun ada perbedaan yang prinsipil antara pandangan Al-Qur’an dengan David McClelland, yakni Islam tidak menyuruh orang bekerja dengan menjadikan pekerjaan sebagai beban bagi dirinya sendiri.
Manusia disuruh bekerja keras itu harus menikmati hasilnya dengan bergembira dan bersyukur atas karunia Allah tersebut.