HARIAN MERAPI - Ada lima aspek kecerdasan emosional anak, dan diantaranya adalah kemampuan mengenal emosi diri.
Kecerdasan emosional anak diperkenalkan pertama kali oleh Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire.
Istilah ini kemudian menjadi sangat terkenal di seluruh dunia semenjak seorang psikolog New York bernama Daniel Goleman menerbitkan bukunya yang berjudul Emotional Intelegence: Why It Can Matter More Than IQ pada tahun 1995.
Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan memahami perasaan yang
muncul dalam diri, kemudian mengatur perasaan atau emosi tersebut menjadi sebuah tindakan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam hidup.
Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Koordinasi suasa hati inilah inti dari hubungan sosial yang baik pada seorang anak dalam situasi belajarnya.
Berikut merupakan lima aspek kecerdasan emosional anak yang harus dikembangkan secara maksimal; yakni:
Pertama, kemampuan mengenal emosi diri. Kemampuan mengenali diri sendiri
merupakan kemampuan dasar dari kecerdasan emosional. Kemampuan ini mempunyai peran untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Dampak El Nino, PDAM Sleman jamin kebutuhan air bersih bagi pelanggan masih tercukupi
Juga berfungsi untuk mencermati perasaan-perasaan yang muncul. Adanya komponen ini, mengindikasikan anak berada dalam kekuasaan emosi manakala ia tidak memiliki kemampuan untuk memiliki perasaan yang sesungguhnya.
Seorang anak wajib tetap membina kestabilan emosinya menuju perkembangannya lebih lanjut sejalan dengan pertambahan umurnya.
Kedua, kemampuan mengelola emosi diri. Kemampuan mengelola emosi diri
meliputi kemampuan menguasai diri, termasuk menghibur dirinya sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan, dan akibat-akibat yang timbul karena kegagalan dalam mengelola keterampilan dasar emosi.
Anak yang terampil mengelola emosinya akan mampu menenangkan kembali kekacauan-kekacauan yang dialaminya sehingga ia dapat bangkit kembali.
Sedangkan orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung.