Jauhilah sifat hasad dengan perbanyak bersyukur kepada Allah SWT

photo author
- Selasa, 23 Mei 2023 | 05:47 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)

(2) merasa senang jika orang lain yang dibenci tertimpa musibah, (3) menjauhi, memusuhi dan memutus hubungan, dan (4) meremehkan dan menjatuhkan orang lain.

Akar permasalahan dari adanya permusuhan (yang berakibat saling menjatuhkan) adalah karena ada satu hal atau satu tujuan yang diperebutkan oleh banyak orang yang berkepentingan.

Baca Juga: Jogja Membatik di Gedung PDIN heboh, kain sepanjang 50 meter dibatik massal dan disemarakkan fashion show

Makanya hasad biasanya terjadi antar orang yang seprofesi atau sejawat, yang muara seluruh permasalahan di atas adalah cinta dunia yang berlebihan.

Dunia itu sempit dan sangat terbatas, sehingga kalau orang berebut dengan segenap kerakusannya akan semakin terasa sempit.

Oleh karena itu cintailah akhirat karena akhirat itu luas dan persaingan urusan akhirat itu tidak akan mendatangkan kedengkian atau kebencian selamanya.

Upaya untuk membuang sifat hasad adalah banyak berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia Allah padahal Allah ta’ala berfirman:

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’ 4:32).

Baca Juga: Petung Jawa weton Rabu Kliwon 24 Mei 2023, rajin bekerja, tahu tanda-tanda keberuntungan

Cara lain yang bisa dilakukan adalah belajar mensyukuri karunia Allah seberapapun besar atau kecilnya.

Orang yang pandai bersyukur kepada Allah tidak akan menghabiskan waktu dan fikirannya untuk mendengki orang lain. Dia akan syukur dan belajar hidup qanaah, tanpa harus menghitung-hitung kenikmatan orang lain. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X