KASUS mantan pejabat Ditjen Pajak Rafael Alun Trisambodo terus bergulir hingga ke seluruh rekening keluarganya.
Tentu Rafael Alun tak pernah menyangka kasus penganiayaan yang dilakukan anaknya terhadap anak pengurus pusat Gerakan Pemuda Anshor bakal berbuntut panjang, bahkan sampai ke harta pribadinya. Itulah akibat pamer harta kekayaan.
Andai anak Rafael, Mario Dandy Satrio, tidak memamerkan mobil mewah Rubicon, boleh jadi tidak terungkap harta kekayaannya. Terungkap pula pajak mobil mewah itu belum terbayar, lengkaplah sudah betapa bermasalahnya Rafael Alun. Pun masih saja berkelit bahwa mobil tersebut bukan atas nama Rafael maupun anaknya, melainkan atas nama orang lain.
Baca Juga: Penantian 11 Tahun Akhirnya Terbayar, AC Milan Lolos Babak Perempat Final Liga Champions
Masyarakat sepertinya sudah paham trik semacam itu. Bahkan, banyak harta kekayaan pejabat yang diatasnamakan orang lain, baik keluarganya maupun tetangganya. Inilah modus yang sering digunakan pelaku tindak pidana pencucian uang.
Agaknya Rafael Alun sedang menghadapi tuduhan itu, yakni kejahatan pencucian uang. Untuk itulah KPK telah menaikkan status kasus Rafael Alun ke penyelidikan, terutama terkait dengan harta kekayaannya. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah membekukan puluhan rekening Rafael Alun dengan nilai transaksi Rp 500 miliar. Angka yang sangat fantastis !
Itupun baru bersifat sementara, artinya dimungkinkan nilai transaksi itu masih terus bertambah. Tentu hal ini bertolak belakang dengan jumlah kekayaan Rafael Alun seperti yang tersiar di media yang mencapai Rp 56 miliar. Kalau nilai transaksinya saja mencapai Rp 500 miliar atau setengah triliun, bisa dibayangkan betapa besar nilai harta kekayaan Rafael Alun.
Padahal, yang bersangkutan hanyalah pegawai Ditjen Pajak eselon 3, bagaimana pula dengan pegawai pajak yang pangkat atau eselonnya di atasnya ?
Kiranya Menteri Keuangan jangan tanggung-tanggung untuk membersihkan pegawai Pajak agar terbebas dari korupsi dan permainan curang. Inilah momentum yang tepat untuk bersih-bersih di institusi Pajak.
Masyarakat kini makin kritis, ketika harta yang dipamerkan pejabat atau keluarganya tidak seimbang dengan penghasilannya, maka akan timbul pertanyaan dari mana mendapatkan kekayaan tersebut ? Apalagi, informasi menyangkut pendapatan atau gaji pejabat mudah diakses lewat internet.
Kasus Rafael Alun mungkin akan menginspirasi pejabat lainnya untuk kemudian tidak berani pamer harta kekayaan. Boleh jadi mereka berjibun uang dan kekayaan, namun tak berani pamer karena khawatir bakal dibidik KPK. (Hudono)