KASUS penganiayaan yang dilakukan anak pejabat Ditjen Pajak, Mario Dandy Satrio terhadap David viral di media sosial. Bahkan media mainstream pun mem-blow up kasus tersebut dengan menurunkan liputan mendalam.
Tindakan Mario yang menghajar David, anak petinggi GP Anshor, memang kelewatan, menyebabkan anak belasan tahun itu koma. Itu dilakukan Mario hanya gara-gara dilapori pacarnya, Ag, bahwa David pernah melakukan perbuatan tidak senonoh pada dirinya.
Mario pun naik pitam dan merencanakan menghajar habis-habisan David. Hingga tiba saatnya David dianiaya sampai koma. Semua kejadian itu direkam, diduga oleh Ag atau teman Mario, yang kemudian viral di media sosial.
Baca Juga: Hati-hati, obesitas bisa meningkatkan sindrom metabolik penyebab PTM, begini menghindarinya
Dalam rekaman itu terlihat jelas Mario memukul dan menendang David yang sudah terkapar tak berdaya. Ironisnya, usai kejadian, Mario melakukan selebrasi ala Ronaldo usai memasukkan bola ke gawang lawan.
Apa yang terjadi kemudian ? Netizen marah dan melakukan perlawanan melalui berbagai narasi di media sosial. Para pejabat pun angkat bicara, termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani. Alhasil, ayah Mario Dandy Satrio, yakni Rafael Alun Trisambodo dicopot dari jabatannya di Ditjen Pajak.
Bersamaan itu, Rafael juga menyatakan mundur dari ASN sembari meminta maaf kepada masyarakat. Itu bukan semata karena kasus penganiayaa yang dilakukan anakny, melainkan menyangkut harta kekayaan Rafael yang tak wajar.
Baca Juga: Bila anak kurang tidur, ini risikonya, ikuti saran dokter
Apakah masalahnya selesai sampai di situ ? Tentu tidak. Justru ini baru tahap permulaan untuk mengungkap harta kekayaan Rafael Alun yang diduga berasal dari aktivitas yang tidak halal.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pada tahun 2012 sebenarnya telah mengirimkan laporan ke KPK terkait transaksi aneh Rafael Alun. Namun, sebagaimana disampaikan Menkopolhukam Mahfud MD, laporan itu hingga sekarang tidak ditanggapi. Ada apa ?
Kasus telanjur terbuka di publik, kiranya tak ada lagi celah untuk menutup-nutupi. Bahkan, pihak yang menutup-nutupi bisa diancam pidana. Ironisnya lagi, mobil mewah Rafael yang dipamerkan anaknya, belum dibayar pajaknya. Sungguh luar biasa aneh, rakyat disuruh taat membayar pajak, sementara pejabat pajak malah tidak membayar pajak. Mungkin ini sejalan dengan judul sebuah sinetron, dunia terbalik.
Baca Juga: Gempa magnitudo 5,5 guncang wilayah Sarmi di Papua
Kini bola justru mengarah pada Rafael Alun yang diduga mendapatkan kekayaan secara tidak benar. Sudah tepat bila Menkopolhukam meminta agar KPK mengusut laporan PPATK tentang adanya transaksi mencurigakan yang dilakukan Rafael Alun. Jangan sampai muncul istilah pejabat pajak bermental bejat, karena kasusnya memang tidak bisa digeneralisasi. (Hudono)