1. Membangun Rasa Percaya Diri: ketika anak yang merasa didukung dalam hal yang anak sukai dan kuasai mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, dan anak tahu bahwa dirinya berharga.
2. Menumbuhkan Growth Mindset: ketika anak didorong untuk menekuni minat mereka, anak belajar bahwa proses dan usaha adalah kunci kesuksesan. Anak tidak takut gagal dan melihat bahwa tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.
3. Mencegah Malas Belajar: ketika anak belajar melalui minatnya anak akan merasakan prosesnya lebih mudah untuk dipelajari, bukan beban. Kemudia ini akan menumbuhkan rasa cinta yang alami pada proses belajar dan mencari hal-hal baru.
4. Menuntun Arah Masa Depan: memahami bakat anak sejak dini dapat membantu orang tua dalam merencanakan pendidikan dan jalur karirnya yang lebih sesuai dikemudian hari.
Lima Langkah Praktis Sebagai Orang Tua dalam Mendeteksi Potensi Anak
Pertama, kita sebagai orang tua harus mengamati anaknya secara bijak dan baik, meluangkan waktu kita untuk benar-benar memperhatikan anak saat bermain.
Kedua, membuat lingkungan yang kaya stimulasi untuk anak. Jangan sampai orang tua membatasi dunia anak, kenalkan anak pada beragam jenis kegiatan.
Ketiga, fasilitasi anak, bukan eksploitasi anak. Jika anak menunjukan minat pada sepak bola tawarkan untuk mencoba sekolah sepak bola terdekat. Jika anak suka menggambar, fasilitasi anak perlengkapan mengambar yang lebih baik. Hal ini tujuannya adalah supaya anak bereksplorasi, bukan menuntun anak menjadi ahli dalam sekejap.
Keempat, berikan apresiasi kepada anak. Kita sering lalai dalam hal ini, jangan salah kaprah dalam mengapresisasi anak. Apresiasilah proses anak dalam melakukan sesuatu bukan pada hasilnya.
Cobalah kalimat ini dalam mengapresiasi anak “Ibu melihat kamu sangat tekun dan sabar dalam menyusun puzzle ini. Kamu hebat!” atau “Ayah suka caramu memainkan bola dan mencetak gol”.
Kelima, jangan membandingkan dan memaksa anak. Hal ini adalah kesalahan besar bagi orang tua. Karena setiap anak memiliki jalur dan keunikan tersendiri.
Memaksa anak untuk mengikuti les bulu tangkis karena anak tetangga pintar bulutangkis hal ini akan mematikan minat alami anak. Membandingkan dengan teman atau bahkan saudaranya sendiri akan membuat hancur rasa percaya diri anak.
Peran kita sebagai orang tua adalah sebagai pemandu dan support sistem yang baik bagi anak. Mendukung potensi anak bukanlah ajang perlombaan untuk menciptakan seseorang jenius. Melainkan, tentang memberikan dukungan, rasa aman, rasa cinta, dan memberikan kesempatan agar anak bisa tumbuh menjadi diri mereka sendiri dengan versi terbaiknya.
Peran kita bukan sebagai sutradara atau coach yang mengatur berbagai kehidupan anak. Melaikan, kita sebagai supporter bagi anak, bersorak dipingir lapanagan, selalu ada serta memberikan semangat, dan memeluk anak saat mereka lelah.
Jadi, apakah kita siap mengali harta karun yang kecil ini? *