Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

photo author
- Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB
Dr. Umi Faizah, S.Ag., M.Pd. (Dok. Pribadi)
Dr. Umi Faizah, S.Ag., M.Pd. (Dok. Pribadi)

Pesan ini relevan bagi Generasi PhyGital. Mereka dibanjiri data setiap detik, tetapi tidak otomatis memiliki kemampuan untuk menyaring, menganalisis, apalagi mengambil keputusan bijak. Literasi digital dan etika bermedia menjadi kebutuhan mendesak.

Ada tiga Langkah strategis yang dapat dilakukan dalam menghadapi tantangan mendidik generasi phygital, yakni 1) menghubungkan pengetahuan dengan konteks dunia nyata; menghubungkan literasi digital dengan nilai kemanusiaan; 3) melatih daya tahan berpikir (cognitive endurance). Berikut ini penjelasan dari tiga Langkah strategis di atas.

Pertama, menghubungkan pengetahuan dengan konteks nyata. Generasi Phygital hidup di dunia yang dinamis dan interaktif. Mereka lebih mudah memahami sesuatu jika bisa dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari.

Misalnya, pembelajaran sains bukan hanya menjelaskan rumus, tetapi juga mengajak mereka menggunakan sensor di gawai untuk mengukur gerakan, suhu, atau cahaya.

Kedua, mengintegrasikan literasi digital dengan nilai kemanusiaan. Anak-anak kini perlu dibimbing bukan hanya agar cakap teknologi, tetapi juga memiliki kesadaran etis. Deep learning mendorong siswa menganalisis, mengevaluasi, hingga memutuskan dengan bijak dalam menggunakan informasi digital.

Dengan demikian, literasi digital tidak berhenti pada keterampilan teknis, melainkan membentuk kecerdasan moral.

Ketiga, melatih daya tahan berpikir (cognitive endurance). Generasi Phygital cenderung ingin serba cepat. Padahal, kemampuan untuk memecahkan masalah kompleks membutuhkan kesabaran, proses, dan refleksi.

Melalui pembelajaran berbasis proyek dan riset sederhana, siswa diajak menelusuri masalah dari berbagai sudut, sehingga terbiasa menahan diri dari jawaban instan.

Dalam penelitian Fullan dan Langworthy (2014), deep learning terbukti meningkatkan keterampilan abad 21 seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan karakter. Keterampilan ini sangat dibutuhkan generasi Phygital agar mereka tidak hanya unggul dalam dunia maya, tetapi juga siap menghadapi kompleksitas dunia nyata.

Generasi Phygital menghadirkan tantangan baru: mereka cerdas teknologi tetapi berpotensi kehilangan kedalaman berpikir. Di sinilah urgensi pembelajaran mendalam yang menekankan keterhubungan, pemahaman konseptual, dan refleksi kritis.

Dengan menyesuaikan metode pendidikan pada kondisi sosial generasi ini, kita tidak hanya menyiapkan anak-anak yang mahir menggunakan teknologi, tetapi juga membentuk insan yang bijak, kritis, dan berkarakter.

Pendidikan yang dangkal akan melahirkan generasi instan, tetapi pendidikan mendalam akan melahirkan generasi Phygital yang tangguh menghadapi dunia yang terus berubah.*

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB
X