senantiasa berdoa agar terhindar dari azab jahanam, karena yakin jahanam sejelek-jelek tempat menetap dan kediaman (25:65-66), membelanjakan harta secara tidak berlebihan dan tidak kikir (25:67), tidak menyekutukan Allah, tidak membunuh jiwa tanpa alasan yang haq, dan tidak berzina (25:68),
senantiasa bertaubat, beriman dan beramal saleh (25:70), tidak memberikan persaksian palsu, menghindari hal-hal yang sia-sia (25:72), bisa mengambil hikmah dari peringatan ayat-ayat Allah (25:73), dan menjadi generasi qurrota a’yun (25:74).
Dari ayat di atasa jelas bahwa tujuan pendidikan dalam Islam harus terkait dengan tujuan
penciptaan manusia itu sendiri di dunia ini, yakni menyembah kepada Allah dengan segala aspeknya ibadahnya (ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah), baik yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah), sesama manusia (hablum minan naas), maupun dengan lingkungannya (hablum minal ‘alam).
Mereka adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Rahman (‘ibadurrahman) yang senantiasa menyeimbangkan masalah-masalah ukhrawi (akhirat) maupun masalah dunia (ilmu dunia).
Mereka adalah hamba Allah yang senantiasa mempersiapkan akhirat yang baik, tanpa mengabaikan apa yang menjadi hak-hak mereka di dunia, serta melakukan keikhsanan dengan orang lain dan tidak melakukan kerusakan di atas bumi ini. (QS. Al-Qashash, 28:77).
Melahirkan pribadi ‘ibadurrahman bukanlah hal yang mudah. Namun, bukan berarti
sulit untuk dilakukan. Seorang muslim bisa mendapatkan manfaat yang langsung terasa di
dunia ketika memiliki pribadi ‘ibadurrahman, apalagi lagi ketika di akhirat kelak.
Dan seseorang haruslah senantiasa bersyukur bahwasanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga bisa memposisikan diri sebagai
‘ibadurrahman yang selalu tunduk dan patuh kepada-Nya. Inshaa Allah!*
Penulis : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY