Berbuat apa saja diperbolehkan asalkan anak senang dan terpuaskan atas apa yang diinginkannya. Dalam kejadian yang seperti ini, sering terjadi perbedaan sikap antara ayah dan ibu.
Yang paling banyak memberikan kebebasan adalah ibu, sedangkan ayah kadang lebih rasional dalam menyikapi anak. Memanjakan anak (indulgence) yang tak mengenal batas pada akhirnya akan merugikan perkembangan anak sendiri.
Keempat, orang tua yang menjadi anak buah (submissive). Karena orang tua tidak mampu mengendalikan keinginan anak, akhirnya anak dominan dan sangat berkuasa dalam kehidupan keluarga. Apa saja yang diminta harus tersedia, tanpa mengenal tidak dalam kehidupannya.
Dalam kondisi yang seperti ini, orang tua telah menjadi “anak buah” dari anak-anaknya. Orang tua telah dijadikan “budak” oleh anak-anaknya sendiri agar selalu menuruti kehendaknya. Ingat, salah satu ciri dunia telah mendekati kiamat menurut Nabi Muhammad SAW adalah ketika anak sudah berani memperbudak orang tuanya.
Kelima, oang tua yang ambisius. Ambisi orang tua atas perkembangan anaknya sangat nampak dalam dunia pendidikan. Betapa banyak orang tua yang memaksakan pilihan sekolah anaknya atau pilihan jurusan yang akan dipilihnya.
Anak dalam belajarnya terlalu banyak didikte orang tua. Akhirnya anak kurang bergairah dalam belajar. Oleh karena itu orang tua harusnya memberikan kesempatan dan pilihan kepada anak untuk menentukan sendiri arah dan tujuan hidupnya.
Orang tua harus menyadari bahwa anak-anak tidak sama, demikian juga penerapan perlakuan terhadap mereka. Untuk belajar menerima anak apa adanya tidaklah mudah, terutama pada anak yang berkonotasi “kurang”;
baik kurang pandai, kurang lengkap atau difabel, lamban, dan kekurangan-kekurangan yang lain. Biasanya orang tua sulit menerima keadaan anak yang berkonotasi kurang sebagaimana di atas.
Perlakuan yang paling baik adalah menerima anak (acceptance) sebagaiamana adanya. Terimalah anak dengan segenap eksistensi diri mereka sendiri; dalam arti: (1) menerima kelebihan dan kekurangan: menerima anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya,
(2) tidak memiliki ekspektasi yang tidak realistis: Tidak memiliki harapan yang tidak realistis tentang anak, (3) mendukung perkembangan anak: mendukung perkembangan anak sesuai dengan kemampuan dan minatnya,
dan (4) menciptakan lingkungan yang positif: menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung bagi anak.
Dengan menerima anak apa adanya, orang tua dapat: (1) meningkatkan kepercayaan diri anak: meningkatkan kepercayaan diri anak dan membuatnya merasa diterima, (2) membangun hubungan yang baik: membangun hubungan yang baik dan harmonis antara orang tua dan anak,
dan (3) membantu anak tumbuh dengan baik: membantu anak tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan potensinya. Menerima anak apa adanya adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung bagi anak. *
Penulis : Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY