HARIAN MERAPI - Pendidikan dalam keluarga: terimalah anak apa adanya. Pada dasarnya setiap orang mendambakan hubungan keluarga yang harmonis, karena hal ini sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup.
Setiap orang tua pasti mendambakan terciptanya keluarga bahagia dan tidak jarang setiap orang tua mengusahakan kebahagiaan dengan berbagai jalan dan upaya.
Bahkan mereka menempa anak-anaknya agar mampu mempersiapkan diri dalam membentuk kehidupan dalam berkeluarga yang bahagia, sesuai dengan apa yang didambakan orang tua.
Namun sayangnya tidak semua orang tua dapat memperlakukan anaknya secara tepat dan proporsional. Ada beberapa perlakuan orang tua yang kurang menguntungkan perkembangan anak-anak dan remaja; yaitu:
Pertama, terlalu melindungi (over protective). Karena satu dan lain hal, ada orang tua yang dalam mendidik anak terlalu melindungi yang mengakibatkan anak-anak kurang mandiri. Orang tua yang over protective, penyebabnya bisa bermacam-macam;
mungkin karena ia anak satu-satunya yang laki-laki atau yang perempuan, karena anak tunggal, anak bungsu atau sulung, dan sebagainya. Akhirnya anak merasa selalu mendapatkan perlindungan dan kurang memiliki keyakinan dan senantiasa tergantung kepada orang lain.
Kedua, orang tua yang menolak kehadiran anak (rejective). Dalam kehidupan modern ini sering dijumpai pasangan pengantin yang belum menginginkan kelahiran anak, tetapi Allah Yang Maha Pemurah telah berkenan memberikan amanah berupa anak yang mungil.
Baca Juga: Debt Collector berulah, begini dampaknya bagi masyarakat
Apalagi sering terjadi adanya pasangan muda mudi yang nikah karena kecelakaan akibat pergaulan bebas. Dalam kasus yang seperti ini, baik salah satu atau mungkin juga keduanya (suami dan istri) secara sadar ataukah tidak menunjukkan ekspresi penolakan terhadap kelahiran anak.
Perlakuan yang seperti ini akan menyadarkan anak bahwa kelahirannya tidak diharapkan dan mengganggu kebahagiaan orang tua.
Kesadaran yang seperti ini akan membuat anak merasa rendah diri dan merasa kurang berarti kehidupannya. Bagi anak yang berpotensi agresif, maka akan menunjukkan sikap perlawanan yang tidak jarang akan membahayakan dirinya dan atau orang lain.
Mereka inilah yang sering disebut sebagai anak-anak dan remaja nakal yang selalu membuat keributan yang meresahkan lingkungan sekitarnya.
Baca Juga: Jangan biarkan anak tergantung teknologi, begini cara mencegahnya
Ketiga, orang tua yang bersifat serba boleh (permissiveness). Sebagai kelanjutan orang tua yang terlalu melindungi anak, berkembang sifat manja kepada orang tua. Sebagai contoh, orang tua yang selalu memanjakan anak dengan bersikap serba boleh dengan apa yang diinginkan anak, terlepas apakah hal itu melanggar norma-norma sosial ataukah tidak.