dia (jalan) kejahatan dan ketakwaannya.” (Ayat 7-8)
“Sungguh beruntungnya orang yang menyucikan (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (Ayat 9-10).
Tafsirnya, antara lain jiwa bukan materi sebagaimana benda-benda yang ada di dunia, tetapi jiwa mempunyai peran yang sangat sentral dalam membentuk perilaku manusia.
“Setelah menjalankan puasa dan berbagai ibadah di Bulan Ramadhan, semoga kita kembali kepada fitrah dan menjadi orang yang beruntung. Idul Fitri juga bisa menjadi momen untuk saling memaafkan dan mempererat tali silaturahmi,” tuturnya.
Garjito yang mendapat amanah sebagai pengisi hiburan dengan organ tunggalnya, ia merasa senang juga, karena sebagian peserta Syawalan tersebut menyumbangkan lagu-lagu.
Baca Juga: Real Madrid Butuh Keajaiban di Leg Kedua, Ini Komentar Carlo Ancelotti
“Baik itu secara bareng-bareng maupun tunggal, seperti lagu berjudul Indonesia Pusaka, Tanah Airku, Tatu, Suket Teki, Juwita Malam, Bahasa Cinta dan Gembala Sapi,” ungkapnya.
Sedangkan pemilik Tempo Dulu, Eko Adianto menjelaskan, panitia Syawalan tersebut memesan konsumsi model prasmanan, misalnya ada nasi putih, gurami lombok ijo dan buntil daun pepaya.
Ada lagi, garang asem, ayam bakar, gudangan, gereh pethek, pepes tahu, oseng jantung pisang, sayur lodeh dan jamur krispi. Ia pun merasa bersyukur ikut meski sudah sepuh-sepuh, namun tetap semangat menggelar kegiatan bermanfaat seperti Syawalan.
“Semoga digelarnya Syawalan 1446 H Alumni FH UGM-Pagelaran 1972 FH bisa memberi banyak manfaat serta bisa dilaksanakan rutin setiap tahun,” harap Eko.*