HARIAN MERAPI - Keluarga sakinah mawaddah wa rahmah adalah konsep keluarga yang ideal dalam Islam, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Sakinah, artinya: tenang, damai, dan harmonis.
Maksudnya: keluarga yang memiliki suasana yang tenang, damai, dan harmonis, tanpa konflik dan pertengkaran yang berkepanjangan, (2) Mawaddah, artinya: cinta, kasih sayang, dan kelembutan.
Maksudnya: keluarga yang memiliki hubungan yang penuh cinta, kasih sayang, dan kelembutan,
antara suami-istri, orang tua-anak, dan antara anggota keluarga lainnya, dan (3) Rahmah, artinya: kasih sayang, belas kasihan, dan pengampunan.
Maksudnya: keluarga yang memiliki kasih sayang, belas kasihan, dan pengampunan yang besar, sehingga dapat memaafkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya
Istilah Keluarga SAMARA (sakinah, mawaddah wa rahmah) sangat popular di Indonesia.
Istilah itu sering muncul di dalam kartu undangan perkawinan dan doa-doa yang dipanjatkan bagi calon pengantin dan pengantin baru. Istilah ini diambil dari QS. Ar-Rum; 30:21 sebagai berikut:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Rasulullah SAW bersabda, ''Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang bahagia.'' (HR. Abu Dawud)
Setidaknya Keluarga SAMARA memiliki tujuh ciri yang ada pada keluarga itu; yakni:
Pertama, berdiri di atas fondasi keimanan yang kokoh. Secara bahasa, iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut istilah adalah mengucapkan dengan lisan,
membenarkan dalam hati dan mengamalkan dalam perbuatannya.
Keluarga yang ditegakkan di atas fondasi keimanan dan ketakwaan yang sebenarnya masing-masing anggota keluarganya percaya dengan sunguh-sungguh dalam hati dan mempraktikkan dalam ucapan dan amalan seluruh rukun iman yang enam itu. Contoh sikap menunjukkan keimanan adalah sikap seseorang yang yakin bahwa Allah hanya satu dan hanya menyembah kepada-Nya saja.
Kedua, menunaikan misi ibadah dalam kehidupan. Setiap anggota keluarga bukan hanya
mengakui Allah SWT sebagai Tuhan dengan lisan saja, melainkan dapat mempelajari syari’at agama Islam itu sendiri.
Sebagai hamba Allah yang senantiasa dapat memperbaiki segala perbuatan agar menjadi lebih baik, dan termasuk hamba–hamba Allah yang ikhlas dalam beribadah, hanya mengabdikan hidup kepada Allah, dan dapat selalu bertakwa kepada Allah SWT serta dapat menjauhi
segala larangan–larangannya.
Baca Juga: Mau mudik dengan kendaraan pribadi, disarankan tidak menggunakan motor, ini risikonya
Dengan begitu semua anggota keluarga dapat menemukan dan mendakwahkan makna iman yang sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam rumah tangga maupun masyarakatnya.