HARIAN MERAPI - Kepemimpinan kepala sekolah bisa menjadi kunci atas pengendalian agesivitas siswa di sekolah.
Perilaku agresif di kalangan anak-anak dan remaja dapat terjadi akibat faktor penyebab yang
berbeda-beda. Sejarah dan psikologi anak adalah dua faktor penting dalam membicarakan tentang penyebab perilaku agresif di Sekola/Madrasahh.
Dalam konteks gertakan/perundungan (bullying), sistem pemerintahan suatu negara yang direfleksikan dalam bentuk hukum/aturan maupun budaya di tingkat masyarakat, sistem tata kelola yang baik dan bersih (good and clean governance) sekolah/madrasah dan sistem dalam keluarga mempengaruhi tingkat agresivitas anak-anak dan remaja.
Baca Juga: Enam Jembatan Rusak di Sleman Selesai Diperbaiki, Ini Rinciannya
Sekolah/Madrasah memiliki peran sentral atas terjadinya perilaku agresif anak-anak dan remaja. Hal ini terjadi karena, sudah menjadi tradisi di sekolah, bahwa pihak sekolah merasa hal itu
sesuatu yang lumrah terjadi dan akan selalu terjadi di sekolah.
Dalam hal ini pihak sekolah tidak peduli, menganggap biasa, toleran, dan tidak mengambil kebijakan apapun untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku agresif yang terjadi. Sekolah melakukan pembiaran (omission) atas agresivitas yang dilakukan siswa-siswinya dengan berbagai macam alasan dan sebab.
Meskipun sudah ada upaya untuk mencegahnya, namun dipandang masih kurang maksimal.
Mengingat agresivitas di sekolah/madrasah terjadi tanpa/menghindari sepengetahuan pihak
sekolah (Jawa: nglimpekke), maka perilaku agresif akan membesar tanpa sepengetahuan sekolah.
Di antara faktor sekolah yang berpengaruh terhadap munculnya agresivitas pelajar adalah faktor
kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggungjawab
dalam keseluruhan kegiatan di sekolah.
Baca Juga: Polisi masih selidiki penyebab kebakaran yang hanguskan toko alat rumah tangga di Condongcatur
Fungsi kepala sekolah sebagai manajer di sekolah mengelola sekolah mulai dari perencanaan program kerja sekolah, mengelola dan mendayagunakan Sumber Daya Manusia (SDM) ataupun sarana prasarana yang ada, melaksanakan program yang telah dirancang bersama, mengontrol dan mengevaluasi pelaksanaan program sekolah.
Fakta menyebutkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah/madrasah yang kuat berhubungan negatif dengan tingkat agresivitas di sekolah.
Helen Cowie & Dawn Jennifer mengatakan bahwa tidak teraturnya organisasi sekolah, termasuk daya juang yang rendah dari tenaga kependidikan, manajemen kelas yang buruk, seringnya murid dijatuhi hukuman, tiadanya pujian bagi murid, dan lemahnya kepemimpian kepala sekolah dan pengurus komite sekolah, memberikan kontribusi yang besar bagi munculnya perilaku agresif anak-anak dan remaja.
Hubungan dengan orang tua yang harmonis juga memiliki kontribusi dalam pengurangan tingkat
agresivitas di sekolah.
Baca Juga: Tak Ada Gugatan Hasil Pilkada, Kepala Daerah di DIY Ditetapkan Akhir Desember
Yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh interaksi antar kelompok/teman sebaya di
sekolah yang dapat memicu terjadinya perilaku agresif. Tidak jarang kondisi sekolah itu kurang
menguntungkan bagi perkembangan jasmani dan rohani anak.