Aneka Wajah Anak Negeri

photo author
- Selasa, 29 Oktober 2024 | 17:15 WIB
Prof Dr Sudjito Atmoredjo SH MSi (Dok pribadi)
Prof Dr Sudjito Atmoredjo SH MSi (Dok pribadi)

Dari perspektif kultural-religius, wajah merupakan pancaran cahaya jiwa, ekspresi rekam-jejak perbuatan.  Dalam ajaran suci, wajah-wajah, terbedakan dalam dua kategori, yakni:  (1) wajah hitam, hina-dina, tertunduk karena perbuatan buruknya; dan (2) wajah putih, berseri-seri, karena amal salehnya.

Aneka wajah anak negeri, sebenarnya merupakan cermin jati-dirinya masing-masing. Cara seseorang memosisikan diri dan berperan terhadap keberlangsungan kehidupan berbangsa-bernegara, terlihat pada ekspresi wajah. Ketika nilai-nilai Pancasila, ditempatkan dalam jiwa, maka seluruh organ tubuh akan bergerak, saling berkomunikasi dan bersinergi. Tatapan wajahnya  cerah, berseri-seri. Seluruh aktivitas mengalir sebagai realitas indah. Wajah teduh, wajah persahabatan, wajah pengabdian, merupakan cermin kebajikan.

Baca Juga: Ini pentingnya vaksinasi bagi anak menurut dokter, cegah penyakit ini

Layak diingatkan bahwa dibalik ekspresi wajah, rentan terselip kepalsuan. Itulah wajah pendusta. Kedustaan yang tampil melalui pencitraan. Wajah asli, sebagai manifestasi suasana jiwa, baru tersibak pada momen tertentu. Pada momen itulah, orang-orang kaget, terperanjat, geleng-geleng kepala. Ternyata pengamen itu penjahat. Ternyata, penjual martabak itu jualan nikel, batubara, dan emas. Ternyata insinyur itu, ahli tebang pohon.

Jangan remehkan kecerdasan spiritual anak negeri. Mata kepala, boleh-jadi tak melihat. Daun telinga, boleh-jadi tak mendengar. Tetapi, mata-hati tak bisa dibohongi. Pemikiran, sikap, dan perilaku jujur, asli, otentik, selalu hadir sebagai esensi kebaikan, kedamaian, persahabatan. Segala bentuk kebohongan, pasti dilawannya.

Dulu, masyarakat dunia, mengenal anak negeri Indonesia sebagai sosok-sosok berwajah cerah-sumringah. Kini, wajah-wajah itu banyak berubah. Sebagian, menjadi pemarah, penipu, pembohong, dan sejenisnya. Antropolog Koentjoroningrat melabelkan karakter anak negeri sebagai sosok gemar menerabas aturan. Demi kepentingannya, segala cara dihalalkan.

Kita semua berkepentingan agar wajah-wajah hina dan biadab, dapat diubah menjadi wajah-wajah ramah-sumringah. Kebohongan diganti dengan kejujuran. Kekerasan diubah menjadi kedamaian. Untuk itu semua, pembangunan karakter bangsa (national character building), amat penting. Setiap anak negeri, khususnya para pemimpin, wajib peduli dan berkontribusi.

Baca Juga: Jelang Lawan Jepang, Timnas Indonesia Dapat Dukungan Warga Korsel di GBK: Begini Sejarah Adanya Dendam Masa Lalu

Hemat saya, pembangunan karakter dan perilaku bangsa, akan efektif manakala dilakukan melalui edukasi yang adaptif dan transformatif. Prinsip kepeloporan (ing ngarso sung tulodho), dan falsafah bangsa (Pancasila), dijadikan paradigma pendidikan. Anak negeri, perlu diberi peran strategis, dan dijadikan fokus perhatian.

Reformasi tanpa kendali, berdampak negatif pada aneka wajah anak negeri. Serba misterius. Tak satupun mampu memberi jaminan masa depan bangsa. Hanya ketaqwaan pada-MU, dan wajah cerah-sumringah dari-MU, bangsa ini dapat keluar dari kegelapan, terbimbing ke jalan terang-benderang. Wallahu’alam.*

 

* Guru Besar pada Sekolah Pascasarjana UGM

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB
X