Ibadah sebagai salah satu prioritas nilai pengasuhan anak dalam keluarga

photo author
- Minggu, 20 Oktober 2024 | 16:30 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. Ketua Pusat Studi Kebudayaan Indonesia Pengembangan Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Keagamaan (KIP3MK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Ketua KAPASGAMA (Keluarga Alumni Pascasarjana UGM) (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. Ketua Pusat Studi Kebudayaan Indonesia Pengembangan Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Keagamaan (KIP3MK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Ketua KAPASGAMA (Keluarga Alumni Pascasarjana UGM) (Dok. Pribadi)

Kelima, disiplin yang positif. Disiplin positif adalah menumbuhkan disiplin yang didorong dalam diri anak tanpa hukuman dan hadiah. Keluarga memerlukan aturan dan batasan yang jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk kepentingan bersama.

Konsep disiplin positif  berkaitan dengan tata tertib, aturan atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak), disiplin positif adalah suatu sikap mental yang dengan kesadaran dan keinsyafan mematuhiterhadap perintah-perintah atau larangan yang ada terhadap sesuatu hal, karena mengerti betul-betul tentang pentingnya arti kedisiplinan positif itu.

Keenam, sabar. Sikap sabar merupakan sikap tabah hati baik dalam mendapatkan sesuatu
yang tidak disenangi maupun kehilangan sesuatu yang disenangi. Ciri-ciri Orang Sabar yang Dapat Dikenali dengan Mudah dalam kehidupan berkeluarga adalah: (1) tidak memiliki sifat
egois. 

Ciri pertama yang bisa kamu lihat adalah tidak memiliki sifat egois, (2) memiliki sifat
pemaaf. Orang sabar biasanya memilki sifat pemaaf tidak pendendam, dan (3) selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Sifat kehati-hatian yang seperti ini akan menjadikan anak memiliki kearifan dalam setiap tindak dan peri lakunya.

Ketujuh, prestasi belajar. Kata prestasi sering dimaknai orang tua sebagai mendapatkan
peringkat di sekolah. Hal ini berimplikasi pada munculnya tuntutan pada anak untuk mendapatkan
nilai yang bagus ketika mengikuti ujian sekolah. Tujuan utama yang ingin dicapai oleh tipe nilai ini
adalah kesuksesan pribadi melalui kemampuan untuk menunjukkan kompetensi diri yang optimal.
*

Penulis : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.
Ketua Pusat Studi Kebudayaan Indonesia Pengembangan Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Keagamaan (KIP3MK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta
Ketua KAPASGAMA (Keluarga Alumni Pascasarjana UGM)

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X