HARIAN MERAPI - Pengertian ikhlas menurut Buya Hamka ialah memiliki makna bersih dan tidak ada campuran. Ibarat emas, ikhlas adalah emas yang tulen, tidak ada campuran perak sedikit pun. Pekerjaan yang bersih pada sesuatu itu berarti ikhlas.
Ikhlas merupakan salah satu akhlakul mahmudah yang harus dimiliki oleh semua orang. Secara sederhana, ikhlas adalah lawan dari riya yaitu kita melakukan segala pekerjaan ataupun ibadah hanya semata-mata karena ingin mendapatkan ridha Allah SWT.
Sementara riya yaitu melakukan suatu amal perbuatan dan ibadah karena ingin mencari penghargaan dan juga pengakuan dari manusia.
Di antara keutamaan ikhlas adalah memiliki kelapangan dalam hatinya yang merupakan salah
satu cara meningkatkan akhlak, ia tidak menjadikan dunia sebagai tujuan, melainkan berbuat kebaikan untuk mencari bekal di kehidupan akherat nanti sehingga ia sama sekali tidak bertujuan untuk mendapat sanjungan dari manusia.
Berikut dalil-dalil tentang ikhlas dalam Al-Quran: Pertama, ikhlas dalam beragama akan mendapatkan pahala yang besar dari sisi Allah SWT.
Firman Allah SWT: ''Kecuali, orang-orang yang bertobat, memperbaiki diri, berpegang teguh pada (agama) Allah, dan dengan ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah, mereka itu bersama orang-orang mukmin. Kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang mukmin.'' (QS. An-Nisa; 4:146).
Kedua, ikhlas dalam beribadah dan berdoa dengan penuh ketaatan. Firman Allah SWT:
''Katakanlah (Nabi Muhammad), ''Tuhanku memerintahkan aku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) di setiap masjid dan berdoalah kepada-Nya dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Kamu akan kembali kepada-Nya sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan.'' (QS. Al-A’raf; 7:29).
Ketiga, berdoa kepada-Nya dengan penuh rasa syukur atas segala pertolongan-Nya. Firman
Allah SWT: ''Dialah (Allah) yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan (dan berlayar) di lautan sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, lalu meluncurlah (kapal) itu membawa mereka dengan tiupan angin yang baik dan mereka bergembira karenanya. Kemudian, datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru dan mereka pun mengira telah terkepung (bahaya). Maka, mereka berdoa dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (seraya berkata), ''Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.'' (QS. Yunus; 10:22).
Keempat, beberapa sifat buruk orang-orang kafir dan munafik; ketika terjadi badai atau
bencana, mereka akan berdoa kepada Allah SWT dengan penuh rasa pengabdian dan ikhlas agar
selamat, ketika sudah selamat, mereka kembali mempersekutukan Allah SWT.
Firman Allah SWT: ''Apabila naik ke dalam bahtera, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya. Akan tetapi, ketika Dia (Allah) menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).'' (QS Al-‘Ankabut; 29:65).
Kelima, pengikut Nabi Muhammad SAW diharuskan menyembah Allah SWT dengan tulus
ikhlas dalam beragama, menjauhi kemusyrikan, dan keingkaran. Firman Allah SWT: ''Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan hak. Maka, sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.'' (QS. Az-Zumar; 39:2).
Baca Juga: Kisah mistis tukang ojek mengantar wanita cantik di malam yang dingin
Keenam, umat Islam (orang-orang beriman) diperintahkan untuk menyembah Allah SWT
dengan ikhlas, tidak dicampur dengan kemunafikan dan kraguan. Firman Allah SWT: ''Katakanlah,
''Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.'' (QS. Az-Zumar; 39:11).