HARIAN MERAPI - Perbuatan zalim, dosa besar serta penyebab keburukan dunia dan akhirat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian zalim adalah bengis, tidak
adil, tidak punya rasa belas kasih, dan kejam, dengan artian seorang individu atau kelompok yang
menyakiti perasaan orang lain secara dhahir maupun batin.
Menurut bahasa, zalim memiliki empat arti yakni menjalankan ketidakadilan, meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, penindasan dan mempercepat sesuatu yang masih bukan pada waktunya.
Sedangkan menurut ahli bahasa, zalim itu berarti menempatkan sesuatu bukan pada tempat yang seharusnya.
Baca Juga: Proyek Pembangunan Tol Yogya-Bawen Seksi 1 Ditargetkan Rampung Triwulan Kedua 2026
Perbuatan zalim dapat menyebabkan pelakunya mendapat keburukan di dunia dan di akhirat;
diantaranya:
Pertama, diqishash pada hari kiamat. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bertanya: “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” Para
shahabat pun menjawab: ”Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda.”
Nabi bersabda: ”Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terdzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak kedzalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terdzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian ia pun dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim Nomor 2581).
Dalam hadits yang lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Siapa yang pernah
berbuat aniaya (dzalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah ia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika ia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila ia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kedzalimannya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang didzaliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya.” (HR. Bukhari nomor 2449).
Baca Juga: Jokowi akan Dianugerahi Medali Kehormatan Loka Praja Samrakshana Polri
Kedua, mendapatkan laknat dari-Nya, yakni dijauhkan dari Allah. Firman Allah SWT: “(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang dzalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk.” (QS. Ghafir; 40:52).
Ayat ini menjelaskan bahwa pada hari dimana saksi-saksi itu mengemukakan kesaksiannya, tidak bermanfaat lagi alasan-alasan yang mereka kemukakan dan tidak ada pula permintaan maaf yang bisa mereka ajukan, karena semua yang mereka katakan dan lakukan hanyalah berupa fitnah dan dusta belaka.
Ketiga, mendapatkan kegelapan di hari Kiamat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Bukhari nomor 2447 dan Muslim nomor
2578). Sungguh merupakan perbuatan tercela yang harus dihindari sejauh mungkin. Belajarlah untuk senantiasa berbagi dengan orang lain dalam segala situasi dan kondisi.
Keempat, terancam oleh doa orang yang didzalimi. Doa orang yang terdzalimi dikabulkan oleh Allah, termasuk jika orang yang terdzalimi mendoakan keburukan bagi yang mendzaliminya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yangterdzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” (HR. Bukhari nomor 1496 dan Muslim nomor 19).
Baca Juga: Sebanyak 34 negara menuntut jaminan keamanan bagi personel penjaga perdamaian PBB di Lebanon
Kelima, jauh dari hidayah Allah. Firman Allah SWT: “Bagaimana (mungkin) Allah akan
memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kufur setelah mereka beriman dan mengakui bahwa Rasul (Muhammad) itu benar dan bukti-bukti yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim..” (QS. Ali Imran; 3:86).