HARIAN MERAPI - Keteladanan merupakan metode penentu keberhasilan pendidikan anak dalam keluarga. Dalam Islam, pendidikan keluarga merupakan salah satu aspek terpenting dalam membentuk individu dan masyarakat yang kuat.
Dengan pendidikan keluarga yang baik, individu muslim dapat tumbuh menjadi individu yang bertakwa, beretika baik, dan dapat berkontribusi positif kepada masyarakat, bangsa dan Negara.
Kitab Suci Al-Quran maupun Al-Hadits mengisyaratkan bahwa pendidikan dalam keluarga itu sangat penting. Pendidikan yang ditanamkan orang tua pada anak merupakan landasan dasar berpijak anak dalam berpikir dan berkembang secara jasmani, ruhani dan mental anak.
Metode adalah alat yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan. Kaitannya dengan
pendidikan anak dalam lingkungan keluarga, ada beberapa metode yang bisa dimanfaatkan.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya “Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam” terdapat
delapan metode pendidikan anak dalam keluarga; yakni:
Pertama, metode keteladanan. Perilaku memiliki kekuatan dua kali lebih besar daripada kata
kata. Jadi, sangat penting bagi orang tua untuk menampilkan perilaku positif baik di rumah maupun di luar rumah.
Karena membiasakan perilaku positif untuk diri sendiri sama dengan memberikan pendidikan kebaikan pada anak. Orang tua sering mengeluhkan sikap anaknya yang bandel dan suka
membantah.
Cobalah untuk introspeksi diri. Nasihat yang tidak masuk biasanya disebabkan oleh orang tua yang tidak menyeimbangkan ucapan dengan tindakan. Metode keteladanan ini salah satu
kunci penentu keberhasilan pendidikan anak dalam keluarga.
Baca Juga: Tips memilih pemimpin dalam pilkada di era digital, BRIN : Paling utama, rekam jejak
Kedua, metode pembiasaan. Di dunia entertainment, kita sering melihat iklan produk tertentu
diulang sampai bderkali-kali. Apakah fungsi dari pengulangan tersebut? Pengulangan bertujuan
untuk memperkuat daya ingat tentang suatu produk.
Sama dengan metode pembiasaan ini. Agar pendidikan yang diterima anak tertanam secara otomatis, maka orang tua perlu menjadikannya sebagai kebiasaan. Cara paling mudah untuk menjadikan perilaku sebagai kebiasaan adalah dengan melakukannya secara teratur.
Ketiga, metode nasihat. Anak-anak kita bukannya tidak suka dengan nasihat. Orang tua saja
yang belum tahu cara tepat untuk memberikan nasihat. Misalnya, saat anak melakukan kesalahan, orang tua biasanya langsung menyalahkan dan menyudutkan anak: “Kamu sih kalau dikasih tahu nggak mau dengar”.
Kebiasaan ini akan memblock komunikasi orang tua dengan anak. Berikanlah nasihat saat ia sudah tenang. Dekati pelan-pelan dan ciptakan kenyamanan terlebih dahulu. Saat kenyamanan itu tercipta, anak pasti mau berbicara dengan orang tua. Jika ia masih diam, artinya orang
tua belum bisa memberikan kenyamanan bagi mereka.
Baca Juga: Whoosh angkut 4.770.980 orang, KAI Group angkut 338,14 juta penumpang hingga Triwulan III 2024
Keempat, metode latihan dan praktik. Kebiasaan baik yang diajarkan tidak bisa membuat anak
berubah dalam sekali waktu. Orang tua harus bersabar dan konsisten dalam mencontohkan kebaikan. Jadi, metode yang paling tepat untuk ini adalah terus melatih anak untuk praktik.