Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan mereka, anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
Keempat, pelatihan (training). Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Kelima, belajar dengan coba-coba. Anak belajar coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk prilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak prilaku yang memberikan pemuasan sedikit.
Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwasanya perkembangan emosi merupakan suatu kemampuan anak dalam berinteraksi dengan mengendalikan perasaan dan kondisi kejiwaannya.
Reaksi anak dalam mengendalikan perasaan ini nantinya akan membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupannya, baik dalam memecahkan masalah maupun bertingkah laku dengan orang lain.
Ada lima proses belajar yang menunjang perkembangan emosi: terdiri dari lima cara, yakni: belajar dengan cara meniru (learning by imitation), belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification). belajar melalui pengkondisian (conditioning), pelatihan (training), dan belajar dengan coba-coba. (Oleh : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si/Dosen Program Magister PIAUD FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta) *