HARIAN MERAPI - Muhasabah diri di awal bulan Syawal, takwa dan suci hati sebagai buah Puasa Ramadhan 1445 H
Setelah Hari Raya ‘Idul Fitri 1445 H dilaksanakan, seseorang yang beriman merasakan dalam
dirinya dua macam kegembiraan, yaitu kegembiraan yang timbul karena menunaikan kewajiban dan kegembiraan mengenai pahala yang diperoleh berkat ibadah puasa yang telah dilaksanakan.
Seseorang yang telah melaksanakan ibadah Ramadhan secara baik dan benar terdapat tanda-tanda ketakwaannya, yang tercermin di dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Tiga keseimbangan hidup buah Puasa Ramadhan, di antaranya seimbang antara ilmu dan amal
Di antara tanda-tanda itu adalah: (1) teguh kepada keyakinan, tetapi arif. (2) Tekun menuntut ilmu dan semakin berilmu semakin merendah, (3) semakin berkuasa, semakin bijaksana,
(4) tampak berwibawa di depan umum, (5) jelas syukurnya ketika beruntung, (6) menonjol qonaahnya dalam pembagian rezeki, (7) senantiasa berhias walaupun miskin, (8) selalu cermat, (9) tidak boros walaupun kaya, (10) murah hati dan murah tangan,
(11) tidak menghina lagi mengejek, (12) tidak menghabiskan waktu dalam permainan sia-sia, (13) tidak berjalan membawa fitnah, (14) disiplin dalam tugasnya, (15) tinggi dedikasi dan rasa pengabdian, (16) terpelihara identitasnya,
(17) tidak menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang lain, (18) kalau melakukan kesalahan kemudian ditegur, dia menyesali kesalahannya, (19) kalau bersalah secepatnya istighfar (mohon ampun kepada Allah), dan (20) bila dimaki ia tersenyum sambil berkata :
Baca Juga: ASN Boleh WFH 16-17 April 2024, Menko PMK: Silakan Tunda Balik ke Jakarta
“Jika anda benar, aku bermohon semoga Tuhan mengampuniku. Dan jika anda keliru, aku bermohon semoga Tuhan mengampunimu”.
Bulan Syawwal 1445 H sekarang ini, umat Islam telah melaksanakan ibadah Puasa Ramadhan
dengan sempurna, telah memperoleh predikat orang-orang yang bertaqwa.
Merasa telah melaksanakan ibadah dengan sempurna dan merasa yakin telah bersih dari segala dosa dan mendapat ampunan dari Allah SWT layaknya seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya yaitu dalam keadaan suci (fitri). Rasululhah SAW dalam suatu hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA katanya:
Rasulullah SAW bersabda: “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci bersih.“
Baca Juga: Halal Bihalal Trah Bani H Yasin Penuh Kesan, Ustadz Untung dan Muchdi PR Sumbang Lagu
Oleh karena itu perayaan ’Idul Fitri hakekatnya adalah momentum kembali ke jalan yang suci, menatap hari esok dengan berpikir suci, bertindak suci dan mempunyai tujuan yang lurus.
Untuk mempertahankan kondisi fitrah di bulan Syawal ini merupakan titik tolak untuk hari-hari
mendatang.