HARIAN MERAPI - Perkembangan emosi anak prasekolah memiliki perbedaan dengan
perkembangan aspek-aspek perkembangan lainnya.
Walaupun perkembangan emosi terjadi serentak dengan beberapa aspek perkembangan lain, seperti perkembangan fisik, sosial, kognitif, bahasa, dan kreatif serta saling bergantung di antara perkembangan tersebut.
Seringkali emosi diartikan dengan keadaan marah. Anak yang sering marah pun
seringkali disebut dengan anak yang memiliki emosional tinggi (emosional). Penggunan
kata emosional untuk anak yang sering marah tentu saja merupakan sebuah kekeliruan
konsep yang sangat sering dilontarkan oleh banyak orang.
Baca Juga: Warga Pati Selatan Respon Rencana Jalan Tol, Dewan Desak Pemkab Membuat Kawasan Industri
Emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks pada diri seorang anak usia dini yang terdiri dari perubahan secara badaniah dalam bernapas, detak jantung, perubahan kelenjar serta kondisi mental seperti keadaan gembira yang ditandai dengan perasaan yang kuat dan juga disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk perilaku.
Emosi bisa dikatakan dengan sebuah kecerdasan karena dengan adanya emosi maka sesorang bisa berperilaku sesuai dengan apa yang sedang dirasakan sehingga
tujuan dan kebutuhan bisa saling berhubungan.
Hal seperti ini yang harus selalu dipantau agar perkembangan emosi seseoramg bisa stabil dan tentu saja akan berdampak baik terhadap jalan hidup dan kehidupannya.
Faktor lingkungan dalam proses belajar berpengaruh besar untuk perkembangan emosi, terutama lingkungan yang berada paling dekat dengan anak khususnya ibu atau pengasuh anak.
Baca Juga: Pemerintah pastikan pasokan migas aman di tengah konflik Iran-Israel yang memanas, ini faktanya....
Thompson dan Lagatutta, menyatakan bahwa perkembangan emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi baik penyebab maupun konsekuensinya.
Pengalaman hidup dalam lingkungan keluarga yang penuh kemesraan dan kehangatan itu akan dibawanya pada fase-fase perkembangan berikutnya. Hurlock mengungkapkan proses belajar yang menunjang perkembangan emosi anak terdiri dari lima cara, yakni:
Pertama, belajar dengan cara meniru (learning by imitation). Dengan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi tertentu orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
Kedua, belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification). Di sini anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.
Baca Juga: Mengenali gejala Parkinson, begini cara mendeteksinya
Ketiga, belajar melalui pengkondisian (conditioning). Metode ini berhubungan dengan aspek ransangan, bukan dengan aspek reaksi.